Jokowi Perintahkan BUMN dan Swasta Hilirisasi Hasil Tambang

Rizky Alika
12 Oktober 2021, 14:42
jokowi, tambang, bumn
Youtube/Setneg
Presiden Joko Widodo membacakan pidato kenegaraan dalam sidang tahunan MPR pada Senin (16/8).

Presiden Joko Widodo memerintahkan setiap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta untuk melakukan hilirisasi hasil tambang. Pengolahan dilakukan agar komoditas tambang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.

Jokowi juga mengingatkan perusahaan bahwa era kejayaan komoditas mentah telah berakhir.  Untuk itu, Kepala Negara meminta agar tidak ada ekspor komoditas mentah lagi di masa depan.

"Saya akan perintahkan satu per satu perusahaan apapun, swasta maupun BUMN yang berkaitan tambang, minerba untuk masuk ke hilirisasi," kata Jokowi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, Selasa (12/10).

Dengan meningkatkan nilai tambah, pendapatan negara akan ikut bertambah dan penciptaan lapangan kerja juga akan meningkat. "Lebih banyak lapangan kerja, ini goal yang penting bagi rakyat dan membuat bangsa kita semakin mandiri, semakin maju," ujar dia.

Selain itu Indonesia masih menjadi negara dengan cadangan tambang besar. Bahkan RI masuk dalam 7 negara yang memiliki cadangan tembaga terbesar di dunia.

Mantan Wali Kota Solo itu meminta, potensi besar tersebut harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemakmuran rakyat.  "Jangan sampai kita memiliki tambang, memiliki konsentrat, smelternya, hilirisasinya ada di negara lain," katanya.

Jokowi hari ini juga meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) pabrik smelter PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur. Nantinya, pabrik smelter itu akan menjadi yang terbesar di dunia.

Smelter tersebut akan mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun atau 480 ribu ton logam tembaga per tahun.  Pabrik ini memiliki nilai investasi mencapai  Rp42 triliun dan dibangun di atas lahan seluas 100 hektar. Progres pembangunan hingga sekarang mencapai 8% dan diharapkan selesai pada akhir 2023.

"Smelter yang akan dibangun dengan desain single line ini terbesar di dunia," kata Jokowi.

Namun, pengamat berpendapat Indonesia masih memiliki kendala dalam melakukan proyek hilirisasi. Salah satunya, kebutuhan dana yang besar dan jangka waktu investasi yang panjang. Belum lagi dampak lingkungannya yang butuh perhatian khusus.

Peneliti dari Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendi Manilet mencontohkan, untuk industri baterai kendaraan listrik masih butuh perjalanan panjang. Produk turunan bijih nikel yang diproduksi di smelter saat ini masih didominasi FeNi (ferro nickel), NPI (nickel pig iron), dan nickel matte.

Ketiganya berasal dari saprolite nickel alias bijih nikel berkadar tinggi dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja nirkarat atau stainless steel. “Sedangkan untuk baterai listrik, yang dibutuhkan adalah turunan limonite nickel (bijih nikel berkadar rendah),” katanya.

Reporter: Rizky Alika

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...