Indonesia Akan Kedatangan Obat Covid-19 Molnupiravir Akhir Tahun Ini
Pemerintah telah melobi farmasi raksasa asal Amerika Serikat, Merck (MSD) untuk mendapatkan Molnupiravir. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Indonesia akan menerima antivirus Covid-19 tersebut pada akhir tahun ini.
Hal ini disampaikan setelah Budi mengunjungi Merck di Amerika Serikat bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. Dengan demikian, Indonesia akan memiliki cadangan stok antivirus guna menghadapi potensi Covid-19 gelombang ketiga.
"Kami sudah sampai ke tahap finalisasi dari agreement agar Indonesia bisa mengadakan tablet Molnupiravir diusahakan akhir tahun ini," kata Budi dalam konferensi pers daring, Senin (25/10).
Dalam pertemuan tersebut, pemerintah juga membujuk Merck untuk mendirikan pabrik Molnupiravir di Indonesia. "Kami juga sudah menjajaki dengan mereka untuk bisa membangun pabrik obatnya juga di Indonesia, termasuk bahan baku obatnya," ujar dia.
Sebagaimana diketahui, Molnupiravir digadang menjadi antivirus oral pertama untuk pasien corona. Cara kerjanya, mereka akan mengacaukan kode genetik virus agar tidak bereplikasi di tubuh inang.
Studi laboratorium yang dilakukan Merck menunjukkan bahwa Molnupiravir kemungkinan efektif melawan varian virus corona, termasuk Delta. Hasil penelitian raksasa farmasi Amerika Serikat itu menunjukkan, obat tersebut paling mujarab bila diberikan pada tahap awal infeksi.
Mereka juga menggelar dua uji coba Fase III dari antivirus yang dikembangkan bersama Ridgeback Biotherapeutics untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan Covid-19. Uji coba melibatkan pasien yang tidak dirawat di rumah sakit, memiliki gejala tidak lebih dari lima hari, dan berisiko terkena penyakit parah.
“Obat ini akan mengubah cara perawatan pasien Covid-19,” kata CEO Merck Robert Davis.
Para ahli kesehatan juga memuji obat tersebut sebagai terobosan dalam mengobati Covid-19. Apalagi hingga saat ini masih banyak tantangan dalam pengobatan pasien corona.
“Molnupiravir adalah obat antivirus oral yang dapat menurunkan risiko rawat inap hingga tingkatan tertentu akan penjadi game changer,” kata peneliti senior di Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins, Amesh Adalja, seperti dikutip Reuters, Sabtu (2/10).