Bio Farma Ungkap Harga Reagen Tes PCR Rp 89.100, Margin Keuntungan 10%
Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengundang sejumlah perusahaan farmasi untuk membahas beberapa hal. Salah satunya adalah mengenai implementasi tarif tertinggi tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dan antigen.
Hadir dalam rapat tersebut Direktur Utama PT Bio Farma, Direktur Utama PT Kimia Farma, Direktur Utama PT Indofarma, dan Direktur Utama PT Pharpros. Secara khusus DPR meminta penjelasan soal harga tes PCR yang mahal.
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir lalu memaparkan struktur harga reagen tes PCR yang digunakan di laboratorium mereka. Apalagi reagen menjadi komponen harga paling besar dalam tes PCR.
Honesti mengatakan harga baru reagen tes PCR yang tengah diajukan dalam e-katalog sebesar Rp 81 ribu tanpa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sementara, harga terbaru dengan PPN sebesar Rp 89.100 serta harga publish tanpa PPN Rp 90 ribu.
Bila dirinci, komponen biaya terbesar reagen ialah biaya produksi dan bahan baku. "Biaya produksi dan bahan baku sebesar 55%," kata Honesti dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (9/11).
Selain itu, biaya operasional memiliki porsi sebesar 16%, sementara, biaya distribusi yang meliputi keuntungan distributor sebesar 14%. Selanjutnya, biaya royalti memiliki porsi 5% dan margin atau keuntungan 10%.
Adapun, harga reagen PCR yang masih tayang pada e-katalog sejak Februari 2021 sebesar Rp 193 ribu termasuk PPN. Namun Bio Farma melakukan upaya efisiensi untuk menurunkan harga reagen.
Pada Agustus 2020, harga reagen Bio Farma dengan merek Biocov mencapai Rp 325 ribu per tes. Harga ini mampu mendorong kompetitor untuk menurunkan tarif reagen menjadi Rrp 400 ribu-800 ribu per tes.
Kemudian pada September 2020, reagen merek Mbiocov mencapai Rp 250 ribu per tes. Selanjutnya pada Agustus 2021, harga reagen Bio Farma sebesar Rp 113.636 per tes sebelum turun menjadi Rp 90 ribu per tes pada Oktober.
Honesti mengatakan, struktur biaya reagen pada setiap laboratorium berbeda-beda. "Tergantung laboratorium masing-masing dan tergantung bisnis model yang dilakukan," ujar dia.
Adapun, reagen Bio Farma telah didistribusikan untuk kebutuhan Kementerian Kesehatan dan sektor swasta. Pada Agustus 2020-Oktober 2021, Bio Farma telah memasok 40,5% dari kebutuhan reagen nasional.
Honesti mengatakan harga tes PCR di Indonesia lebih murah dibandingkan negara lain, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Meski begitu, ia memperkirakan tes PCR bisa diturunkan bila pasokan di dalam negeri semakin meningkat.
"Dengan bisnis model antara pemilik mesin dan pemilik reagen, bisa memberikan harga sampai level tertentu," ujar dia.
Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima mengatakan, rapat tersebut digelar untuk membahas keputusan tarif tertinggi tes PCR yang menjadi sorotan publik. Selain itu, dewan ingin mendengar penjelasan dari perusahaan BUMN farmasi terkait isu kepentingan bisnis dan politik di tengah pandemi Covid-19.
Isu tersebut telah beredar di media mainstream maupun media sosial. "Banyak kabar yang simpang siur bahkan menyerempet ke urusan politik dan urusan bisnis mengenai siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan," ujar Aria Bima.