Luhut Fokus Kejar Investasi Sektor Kesehatan untuk Menekan Impor
Pemerintah akan terus membuka keran investasi terutama di sektor industri kesehatan. Hal ini lantaran Indonesia terus mengalami defisit perdagangan alat kesehatan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat pembukaan Health Business Gathering 2021 mengatakan impor alat kesehatan terus membesar. Belajar dari pandemi Covid-19, maka pemerintah akan fokus memacu investasi di sektor ini.
“Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada impor sehingga industri kesehatan adalah salah satu area prioritas investasi,” kata Luhut dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/12).
Luhut mengatakan bahwa defisit alat perdagangan Indonesia melonjak hampir empat kali lipat sejak 2013. Sembilan tahun lalu defisit perdagangan alkes RI mencapai US$ 161 juta, namun angkanya meningkat jadi US$ 541 juta atau setara Rp 8,1 triliun pada 2020.
Defisit ini berasal dari impor yang terus meningkat. Dalam dua tahun terakhir impor alkes tumbuh dua digit hingga mencapai US$ 703 juta atau setara Rp 10,2 triliun pada 2020.
Sedangkan pertumbuhan ekspor hanya mencapai 3-5% dalam tiga tahun terakhir. Sedangkan angka eskpor alkes RI pada 2020 hanya sebesar US$ 171 juta atau setara Rp 2,4 triliun pada 2020.
Urutan tertinggi impor alkes ke Indonesia adalah electrodiagnosis devices sebesar US& 87 juta, ultrasonic scanning devices US& 70 juta, serta needles, catheters, cannula (alat suntik dan infus) senilai US$ 43 juta.
“Kita punya segalanya di negara ini, tapi hampir seluruh impor alat kesehatan Indonesia terus meningkat,” kata Luhut.
Luhut juga meyakini industri kesehatan di Indonesia akan terus menggeliat seiring tren kesehatan masyarakat global. Dia beralasan saat ini ada perubahan permintaan konsumen, naiknya jumlah kelas menengah, hingga pandemi yang perlu dikendalikan.
Industri kesehatan Indonesia memiliki potensi besar yakni naiknya pendapatan rumah tangga kelas menengah dan kampanye perawatan kesehatan universal,” ujarnya.
Dalam acara tersebut, Luhut juga menyaksikan penandatanganan kerja sama senilai Rp 110 miliar antara Deputi Koordinasi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto dengan tiga perusahaan alkes.
Ketiganya adalah PT Tawada Healthcare mengenai kerja sama pengadaan dan pemanfaatan lahan untuk produksi alkes, PT Siemens Healthineers dalam kerja sama pendidikan alkes, serta PT Binabakti Niagaperkasa tentang kerja sama alih teknologi kesehatan.