Omicron Telah Masuk, RI Terancam Gelombang 3 Covid-19 Tahun Depan?

Ameidyo Daud Nasution
31 Desember 2021, 21:35
Omicron, covid-19, corona
123RF.com/Feydzhet Shabanov
ilustrasi penularn Covid-19

Varian Omicron akhirnya mampu menembus Indonesia usai mewabah di beberapa negara lain. Sejumlah pertanyaan muncul, apakah gelombang ketiga Covid-19 akan muncul pada tahun 2022.

Bukan tanpa sebab, saat ini aktivitas di beberapa negara Eropa dan Amerika terpaksa direm lantaran Omicron memicu gelombang keempat corona. Sementara, penanganan pandemi Covid-19 termasuk mencegah munculnya varian baru merupakan jalan keluar utama jika ingin memulihkan perekonomian. 

“Kunci ekonomi 2022 hanya satu, mengendalikan yang namanya Covid-19,” kata Presiden Joko Widodo pada 18 November lalu.

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang belakangan mendeteksi varian asal Afrika Selatan tersebut. Meski demikian, kasus positif Omicron langsung bertambah banyak dalam hitungan hari usai pasien pertama diumumkan pada 16 Desember lalu.

Bahkan Pemerintah telah menemukan penularan lokal Omicron di tengah masyarakat. Hingga Jumat (31/12), jumlah kasus yang telah dideteksi mencapai 68 orang.

Berdasarkan data newsnodes, hingga Kamis (30/12), sebanyak 1.805 kasus Omicron telah menyebar ke negara-negara ASEAN dengan jumlah kasus terbanyak berada di Singapura yakni 885.

Thailand berada di posisi kedua dengan jumlah 739 kasus Covid-19 varian Omicron. Sementara Indonesia berada di peringkat ketiga dengan 68 pasien.

Kekhawatiran akan Omicron merebak lantaran varian ini mampu bereplikasi dengan cepat. Bahkan hasil studi Universitas Hong Kong menunjukkan mutasi baru ini bisa berkembang biak 70 kali lebih cepat ketimbang Delta.

Tak hanya itu, varian ini juga terbukti mampu lolos dari sistem kekebalan tubuh yang terbangun dari vaksin. Ini berarti mereka yang telah menjalani vaksinasi tetap bisa terinfeksi Omicron.

Dari 68 kasus Omicron yang ditemukan di Indonesia, sebanyak 78% atau 53 orang sudah divaksinasi dosis lengkap. Dari jumlah orang yang sudah divaksin, jenis vaksin yang paling banyak digunakan ialah Sinovac sebanyak 33%, Pfizer 30%, Astrazeneca 17%, Sinopharm 7%, Johnson & Johnson 5%, dan Moderna 3%. Selebihnya, 5% orang yang sudah disuntik menggunakan vaksin jenis lain, seperti Convidecia atau campuran.

Berita baiknya, sejumlah studi menunjukkan gejala yang ditimbulkan varian ini tak lebih parah dari mutasi yang telah menyebar sebelumnya. Dari penelitian di Afsel, angka pasien yang menjalani perawatan ataupun memerlukan alat bantu pernapasan pada awal Desember lebih rendah daripada rata-rata sebelumnya.

Para ahli juga melihat potensi gelombang yang terjadi akibat Omicron tidak akan separah Delta. Meski demikian, pemerintah tetap diminta mencegah varian ini menulari masyarakat terutama yang berisiko tinggi.

Ini lantaran varian Delta belum sepenuhnya lenyap dari Indonesia. Jika ditambah Omicron, maka besar kemungkinan fasilitas kesehatan akan kembali lumpuh. “Bisa membebani faskes dan ada (kenaikan angka) kematian secara signifikan,” kata Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman, Rabu (29/12).

antigen
antigen (Kereta Api Indonesia)

Bahaya berikutnya, seseorang bisa tertular dua Delta dan Omicron. Jika tak terkendali, akan muncul varian rekombinan yang merupakan hasil perkawinan dua varian tersebut. Dicky mengatakan potensi keduanya merupakan bahaya bagi Indonesia dan dunia.

“Omicron bisa leluasa menginfeksi orang yang sudah vaksinasi, Delta gejalanya lebih parah. Ini menjadi masalah besar,” katanya.

Sedangkan ahli wabah dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia Pandu Riono memprediksi Omicron bisa jadi varian terakhir Covid-19. Ini lantaran penyakit tersebut muncul dengan tingkat penularan yang cepat, namun gejalanya tidak berat dan tak menimbulkan banyak kematian.

“Betul (seperti flu), gejala ringan seperti mendapatkan vaksinasi alami,” katanya.

Kekebalan Super

Meski Covid-19 belum hilang pada tahun depan,  ada harapan bahwa penularan Omicron tak sehebat Delta pada tahun depan. Alasannya, saat ini super immunity mulai bermunculan di tengah-tengah masyarakat.

Super immunity terjadi lantaran kekebalan dari penularan Delta serta efek vaksinasi mulai terjadi. Orang dengan sistem antibodi ini berpotensi tidak mengalami gejala sakit jika tertular Omicron. "Potensi tertular selalu ada," kata Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmidzi.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...