Hasil Uji Klinis: Vaksin Booster Covid Tak Miliki Efek Samping Berat

Rizky Alika
4 Januari 2022, 18:43
vaksin booster,vaksin, covid-19, corona, efek samping vaksin
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.
Warga mengantre untuk mendapat suntikan vaksin COVID-19 di Gelanggang Remaja Makassar, Jakarta, Jumat (12/11/2021). Pemerintah menargetkan vaksinasi COVID-19 mencapai 300 juta dosis pada akhir 2021, yang hingga November 2021 berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) vaksinasi nasional telah mencapai 200 juta dosis vaksinasi, untuk vaksinasi dosis pertama sebesar 127,3 juta dosis atau 61 persen, dan untuk dosis kedua mencapai 80,9 juta dosis atau 38 persen. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.

Pemerintah telah memulai uji klinis vaksin dosis ketiga atau booster Covid-19 telah dilakukan. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengatakan, hasil uji vaksin booster sejauh ini tidak menunjukkan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang berat.

Pemberian vaksin booster akan dimulai pada 12 Januari mendatang. Hal ini sesuai dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang merekomendasikan tambahan dosis diberikan untuk populasi berisiko tinggi pada kuartal I 2022.

"Ditemukan tidak ada indikasi KIPI berat pada subjek penelitian," kata Juru Bicara Satgas Wiku Adisasmito dalam konferensi pers daring, Selasa (4/1).

Selain itu, hasil uji klinis merekomendasikan pemberian vaksin booster minimal enam bulan setelah suntikan vaksin Covid-19 dosis kedua. Booster akan diberikan setelah diterbitkan rekomendasi resmi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta ndonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

Meski begitu, pemerintah akan memulai vaksinasi booster kepada populasi dengan usia di atas 18 tahun.  Vaksinasi dosis ketiga hanya dilakukan di kabupaten/kota yang sudah memenuhi suntikan corona dosis pertama minimal 70% dari jumlah penduduk dan suntikan dosis kedua minimal 60% penduduk.

Sedangkan vaksinasi Covid-19 secara nasional hingga Senin (3/1) telah mencapai 283,16 juta dosis. Rinciannya, vaksinasi dosis 1 telah diberikan sebanyak 166,34 juta dosis, 114,3 juta untuk dosis 2 dan sebanyak 2,52 juta dosis lainnya untuk vaksinasi gotong royong.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mencatat ada 244 kabupaten/kota yang melakukan vaksinasi booster pada 12 Januari. Selain itu, booster akan diberikan kepada individu yang sudah melewati masa enam bulan dari suntikan dosis kedua.

Nantinya, vaksinasi akan terbagi menjadi dua jenis, yaitu homologus atau penggunaan vaksin booster dengan merek yang sama dengan dosis pertama dan kedua. Kemudian, ada pula booster heterologus atau penggunaan tambahan dosis dengan merek yang berbeda dari suntikan dosis pertama dan kedua.

Sedangkan ada 21 juta masyarakat yang sudah siap disuntik booster. Saat ini, pemerintah sudah mengantongi stok vaksin dosis tambahan sebanyak 113 juta dari total kebutuhan 230 juta.

Adapun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC AS) serta BPOM AS merekomendasikan vaksinasi booster dengan merek Moderna sebanyak setengah dosis. Ini lantaran ada efek keras dari vaksin produksi Negeri Paman Sam tersebut.

Dengan asumsi vaksin Moderna dan Pfizer dapat digunakan sebanyak setengah dosis, maka stok vaksin booster yang telah ada sudah mencukupi. "Kalau tidak ada beda dari sisi efektivitasnya, kita bisa gunakan half dose, maka kemungkinan besar seluruh kebutuhan vaksin booster bisa dipenuhi dari yang gratis," ujar Budi.

Reporter: Rizky Alika

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...