Rekor Covid-19 di Shanghai, Xi Jinping Tak Akan Longgarkan Pembatasan
Cina saat ini sedang menghadapi badai Covid-19 terburuk sejak awal pandemi akhir 2019 lalu. Bahkan, kota terbesar negara tersebut yakni Shanghai melaporkan rekor 27 ribu kasus positif pada Kamis (14/4).
Pembatasan untuk mengurangi penularan varian Omicron ini telah menyebabkan gangguan logistik dan rantai pasokan. Sementara para penduduk mulai frustrasi atas kesulitan pasokan makanan dan buruknya kondisi karantina terpusat.
Sementara, Presiden Cina Xi Jinping mengatakan langkah pengendalian secara ketat akan terus diambil. Adapun saat ini 25 juta penduduk Shanghai masih dikunci pergerakannya demi mencegah penularan.
Dikutip dari Reuters, pada Rabu (14/4), Xi mengatakan bahwa Cina harus berpegang pada kebijakan pembatasan yang ketat. Ia juga mengindikasikan tak akan melonggarkan lockdown dan menutup perbatasan.
Sedangka Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CDC) telah menerbitkan panduan karantina di rumah. Aturan tersebut tersebut meregulasi ruangan ventilasi, masker, hinga pembersih yang harus digunakan pasien positif.
Meski demikian, perusahaan farmasi yakin bahwa varian Omicron dan subvarian di bawahnya dapat ditangani dalam waktu dekat. CEO Pfizer, Albert Bourla mengumumkan bahwa perusahaan kesehatan itu sedang mengembangkan vaksin untuk mengatasi segala varian.
Bahkan Bourla menargetkan dalam tahun ini vaksin tersebut dapat diluncurkan pada musim gugur 2022. "Kemungkinan kami sudah memilikinya saat itu. (Namun) ini belum menjadi suatu hal yang pasti," kata Bourla dalam konferensi pers yang diselenggarakan oleh Federasi Internasional Produsen dan Asosiasi Farmasi (International Federation of Pharmaceutical Manufacturers and Associations IFPMA).
Lebih lanjut, Bourla menjelaskan tujuan utama pengembangan vaksin ini adalah agar masyarakat tidak membutuhkan vaksin berbeda untuk varian berbeda. Ia sebelumnya mengklaim bahwa dua dosis vaksin Pfizer masih efektif melawan varian Omicron.
Meski demikian tetap dibutuhkan dosis ketiga bahkan keempat untuk meningkatkan perlindungan. Proyeksinya, dosis keempat akan diperlukan 12 bulan setelah menerima dosis ketiga. Hal ini dikarenakan varian Omicron jauh lebih cepat menyebar dibanding Delta.
“Apa yang lebih menantang secara ilmiah dan teknis… adalah bagaimana (vaksin tersebut) menjadi efektif terhadap semua (varian) yang sudah ada selama ini,” kata Bourla.