WHO Sebut Vaksinasi Massal Belum Diperlukan untuk Hadapi Cacar Monyet

Ameidyo Daud Nasution
24 Mei 2022, 12:31
cacar monyet, who, vaksin
ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/WSJ/cf
Dado Ruvic/Illustration Tabung reaksi berlabel "Positif virus cacar monyet" terlihat dalam ilustrasi yang diambil Minggu (22/5/2022).

Beberapa negara saat ini tengah menghadapi munculnya penyakit cacar monyet atau Monkeypox. Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan vaksinasi di luar Afrika belum diperlukan untuk menghadapi wabah tersebut.

Hal ini lantaran cacar monyet bukan virus yang menyebar dengan mudah dan tak menyebabkan penyakit serius. Ketua Tim Patogen Berbahaya WHO di Eropa, Richard Pebody mengatakan bahwa pasokan vaksin dan antivirus saat ini masih terbatas.

Dia juga menjelaskan bahwa langkah untuk menjaga kebersihan dan perilaku seksual yang aman akan membantu mencegah penularan virus tersebut.

Penyataan Pebody muncul saat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat tengah memproses vaksin Jynneos untuk cacar monyet. Sedangkan Jerman sedang mencari pilihan vaksinasi penyakit tersebut.

Otoritas kesehatan di Amerika Utara dan Eropa juga tengah menyelidiki lebih dari 100 kasus yang dicurigai. Sedangkan ilmuwan juga masih meneliti kemungkinan mutasi virus penyebab cacar monyet.

Sebagian besar kasus terkonfirmasi dikaitkan dengan perjalanan ke Afrika. Meski demikian, ada kemungkinan kasus cacar monyet yang tidak terdeteksi di komunitas.

"Jadi kita hanya melihat puncak gunung es," kata Pebody dikutip dari Antara, Selasa (24/5).

WHO juga telah mengadakan pertemuan darurat untuk membahas wabah cacar monyet yang saat ini setidaknya telah menyebar ke 11 negara di luar Afrika pada Jumat waktu setempat (20/5). 

Namun, pertemuan tersebut tidak memutuskan apakah wabah harus dinyatakan sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Peringatan tertinggi WHO tersebut saat ini telah diterapkan pada pandemi Covid-19.

"Tampaknya ada risiko rendah bagi masyarakat umum saat ini," kata seorang pejabat senior pemerintah AS seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (21/5).

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...