Omicron BA.4 dan BA.5 Menyebar di RI, Apakah PPKM Level 1 Masih Ampuh?

Amelia Yesidora
13 Juni 2022, 15:08
Omicron, covid-19, corona
123rf.com/grispb
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron

Indonesia telah mengumumkan temuan kasus Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 pada Jumat (10/6) lalu. Sejalan dengan masuknya subvarian tersebut, kasus Covid-19 di Indonesia juga meningkat.

Meski demikian, ahli wabah berpendapat bahwa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tingkat satu masih bisa membendung risiko yang ditimbulkan subvarian ini. Namun masyarakat dan pemerintah harus bekerjasama untuk mengurangi penyebaran subvarian baru.

 Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono menjelaskan bahwa PPKM hanya opsi intervensi darurat. Pembatasan dapat digunakan di fase awal pandemi, ketika sebuah negara tidak punya pembendung lain, sehingga mobilitas masyarakat harus dibatasi.

Sedangkan saat ini Pandu menilai Indonesia sudah memiliki pembendung yang cukup kuat. “Apa coba pembendungnya? Protokol kesehatan sama vaksinasi, itu yang harus diintensifkan, bukan PPKM,” ujar Pandu kepada Katadata.co,id melalui sambungan telepon, Senin (13/6).

Senada dengan Pandu, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengingatkan bahwa vaksin dosis penguat alias booster harus digalakkan di Tanah Air. Tingginya tingkat vaksinasi bisa meningkatkan kekebalan kelompok, serta melindungi kelompok masyarakat dengan risiko tinggi seperti lansia dan memiliki komorbid.

Adapun hingga Minggu (12/6), tercatat baru ada 22,87% rakyat Indonesia yang menerima dosis ketiga ini,atau sebanyak 47,6 juta orang.  Padahal untuk menghadapi Omicron paling tidak perlu 50% penduduk yang perlu menerima vaksinasi dosis tambahan.

“Ini kan masih jauh di bawah 50%, di bawah 25% malahan,” kata Dicky kepada Katadata.co.id, Senin (13/6).

Di sisi lain, Dicky juga meminta pemerintah untuk meningkatkan testing dan tracing bagi pasien dengan gejala atau suspek Covid-19. Masyarakat pun diharapkan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang sudah diadopsi selama dua tahun masa pandemi. 

“Jadi literasinya yang harus diperbaiki, bukan PPKM harus level tiga atau empat, nggak juga. Tapi pemerintah jangan membangun rasa aman semu dan masyarakat jangan euforia,” kata Dicky.

Sedangkan Kajian Badan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes menemukan subvarian ini dapat menembus imunitas manusia dan memiliki kecepatan transmisi yang tinggi. Namun gejalanya subvarian tersebut tergolong lebih ringan dari pendahulunya. 

Reporter: Amelia Yesidora

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...