Jokowi Sebut Kondisi Dunia Mengerikan, 320 Juta Orang Kelaparan Akut
Sejumlah negara di dunia sedang berada dalam ancaman krisis. Presiden Joko Widodo pun mengingatkan, saat ini sudah ada ratusan juta orang di dunia yang mengalami kelaparan.
"Sekarang ini 320 juta orang di dunia sudah berada pada posis menderita kelaparan akut," kata Jokowi pada pembukaan Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Tahun 2022 di Bogor, Jumat (5/8).
Jokowi juga telah bertemu dengan negara anggota G7 dan sejumlah lembaga internasional, seperti Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Dunia. Mereka menyampaikan, sebanyak 60 negara diperkirakan mengalami perekonomian yang ambruk.
Mereka juga memperkirakan, kondisi dunia pada tahun depan akan gelap. "Kondisi ini bukan Indonesia. Ini dunia. Hati-hati," kata Jokowi.
Kontraksi ekonomi telah dialami oleh sejumlah negara, seperti Singapura, Eropa, Australia, hingga negara adidaya Amerika Serikat (AS). Selain itu, harga berbagai barang di dunia mengalami lonjakan.
Salah satunya, inflasi di AS melambung dari kisaran 1% menjadi 9,1%. Harga bensin di Negara Paman Sam juga meningkat dua kali lipat. Kondisi serupa juga terjadi di Eropa. "Dunia sekarang sudah pada kondisi yang mengerikan," ujar dia.
Namun, ia memastikan pemerintah berupaya mengendalikan harga bensin dengan menggelontorkan subsidi hingga Rp 502 triliun. Ia mengatakan, subsidi energi dilakukan untuk mencegah kenaikan harga pada berbagai barang lainnya.
"Karena begitu harga bensin naik, harga barang otomatis melompat bersama," ujar Mantan Wali Kota Solo itu.
Adapun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun ini mencapai 5,44% secara tahunan. Kinerja ekonomi Indonesia ini jauh lebih baik dibandingkan Cina yang hanya tumbuh 0,4% secara tahunan dan Amerika Serikat yang bahkan terkontraksi 0,9% secara tahunan.
Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono menjelaskan, Indonesia mendapatkan 'durian runtuh' dari lonjakan harga komoditas di pasar global. Hal ini berdampak pada kinerja neraca perdagangan yang surplus US$ 15,5 miliar, naik 148% dibandingkan kuartal sebelumnya meski ekonomi AS dan Cina yang menjadi mitra dagang utama Indonesia sedang sulit.
Margo mencatat, langkah pemerintah menambah subsidi energi dan memberikan bantuan sosial juga berdampak positif pada ekonomi kuartal II. Subsidi energi membuat inflasi lebih terkendali dibandingkan banyak negara. Inflasi pada Juli tercatat sebesar 4,94%, jauh di bawah Amerika Serikat 9,1%, Inggris 8,2%, Korea Selatan 6,1%, dan Uni Eropa 9,6%.