Menkes Berharap Dana Pandemi Bisa Naik Jadi Rp 154 T di Masa Depan
Sebanyak 24 lembaga sepakat untuk mengumpulkan dana penanganan pandemi global sebesar US$ 1,4 miliar atau sekitar Rp 21,6 triliun. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berharap dalam 5 atau 10 tahun ke depan dana tersebut bertambah besar menjadi US$ 10 miliar dolar AS atau Rp 154,9 triliun per tahun.
Budi mengatakan pada Menkes G20 akan menyepakati mekanisme penggunaan dana tersebut dalam pertemuan berikutnya di India. Dana ini diperlukan bagi masing-masing negara untuk menangani wabah agar tak menyebar seperti Covid-19.
“Jadi itu yang kita sepakati mekanismenya secara global. Jadi akses penanggulangan medis ini akan adil dan merata,” katanya dalam rangkaian acara B20 Summit Day 1, Minggu (13/11).
Budi mengatakan pengaturan mekanisme penting karena uang saja tidak cukup dalam menangani krisis kesehatan. Dia mencontohkan, Indonesia tak memiliki akses ke vaksin hingga alat diagnostik.
“Indonesia punya uang, kami tidak memiliki akses ke vaksin, terapi, dan alat diagnostik. Sehingga kami harus menerjemahkan uang ke dalam tindakan medis darurat,” ujar Budi.
Menurutnya, alat medis saat ini dapat berkembang sangat cepat secara global. Untuk itu, Budi mendorong para investor untuk berinvestasi pada sektor kesehatan.
“Ketika mereka hidup lebih lama, akan belanja lebih banyak. Ketika mereka menghabiskan lebih banyak, maka bisnis anda maka akan berkembang,” katanya.
Selain itu Ia menyampaikan hasil diskusi Menkes G20 terkait sistem pemantauan patogen dan bakteri. Untuk itu diperlukan kerja sama antar laboratorium secara internasional untuk memperkuat identifikasi parasit.
“Ini adalah kesempatan untuk beralih ke bioteknologi karena ini adalah cobaan terbesar umat manusia,” kata Budi.
Budi juga menjelaskan bahwa menghentikan pergerakan manusia saat pandemi merupakan langkah yang salah. Hal ini karena model tersebut akan menyetop pergerakan uang dan barang.
Dampaknya, akan ada masalah krisis sosial yang akan merembet pada krisis politik. Makanya Budi menyampaikan bahwa negara G20 telah sepakat untuk memiliki sertifikat digital dengan menggunakan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Orang-orang yang membawa barang-barang darurat seperti energi dan makanan, mereka masih harus bergerak.”
Selain itu, negara G20 seperti Afrika Selatan, Turki, Arab Saudi, India, Indonesia, Brasil dan Argentina, telah sepakat untuk mengembangkan manufaktur alat terapi dan diagnostik vaksin.