Covid-19 Menanjak Lagi di Cina, Rumah Duka di Beijing Terancam Lumpuh
Kasus Covid-19 kembali melonjak di Cina setelah pemerintah negara tersebut mencabut pembatasan aktivitas. Lonjakan pasien ini karena menyebarnya varian Omicron yang sangat menular.
Dikutip dari Reuters pada Minggu (18/12), rumah duka dan krematorium di Beijing mulai kelimpungan karena para pekerja dan supir mobil dinyatakan positif. Layanan katering hingga parsel juga dihantam karena para pekerja tertular virus tersebut.
Cina pelan-pelan mulai meninggalkan kebijakan nol kasus Covid-19. Ini karena restriksi malah menimbulkan keresahan dan demonstrasi warga.
Namun, pelonggaran tersebut diprediksi membawa dampak serius. Sebuah lembaga penelitian di AS memprediksi lebih dari satu juta orang di Cina bisa meninggal karena Covid-19 pada 2023.
Pada Sabtu (17/12), jurnalis Reuters melihat 30 mobil jenazah masuk menuju rumah duka Dongjiao. Rumah duka tersebut ditunjuk pemerintah untuk menangani krematorium pasien Covid-19.
Terlihat pula, jenazah terbungkus seprai di bagasi diambil oleh pekerja dengan setelan hazmat. Di dalam rumah duka, ada 20 kantong berwarna kuning yang berisi jenazah. Namun belum dapat dipastikan apakah kematian tersebut karena corona.
Seorang operator keamanan parkir yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa angka kematian saat ini lebih banyak ketimbang sebelum pencabutan restriksi pada 7 Desember.
Adapun, para pekerja yang sakit juga dialami selusin rumah duka di Beijing. Padahal, layanan kremasi terus bertambah. "Hanya sedikit mobil dan pekerja sekarang tersedia," kata staf Rumah Duka Miyun.
Di Rumah Duka Huairou, jenazah bahkan harus disimpan selama tiga hari sebelum kremasi. "Anda bisa membawa jenazah ke sini sendiri, semua sedang sibuk," kata seorang staf.
Otoritas kesehatan Cina melaporkan tak ada kematian pasien Covid-19 sejak 3 Desember. Sedangkan pemerintah Kota Beijing melaporkan kematian pasien terakhir pada 23 November.
Namun dua jurnalis kawakan media pemerintah dikabarkan meninggal usai terkena Covid-19 di Ibu Kota Cina itu. Perbedaan situasi lapangan dengan laporan pemerintah akhirnya menimbulkan perdebatan.
"Apa yang terjadi? Apakah mereka tak menghitung atau tak mengumumkannya?," kata seorang pengguna media sosial.