Singapura dan Filipina Punya Program Serupa Prakerja, Ini Skemanya
Pemerintah bersama Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco) menggelar Konferensi Pembelajaran Sepanjang Hidup Inklusif (Inclusive Lifelong Learning Conference) di Bali. Salah satu yang dibahas adalah mendiskusikan praktik pembelajaran seumur hidup di sejumlah negara, termasuk di ASEAN.
Program Kartu Prakerja menjadi contoh praktik tersebut dari Indonesia. Prakerja menyediakan pelatihan bagi penduduk berusia 18-64 tahun untuk mengembangkan kompetensi mereka.
Selain itu, Prakerja melibatkan berbagai pihak dalam pelaksanaannya, yakni pemerintah, sektor swasta, serta masyarakat. Kerja sama ini lantas terintegrasi secara digital di platform Prakerja.
Sementara, pelatihan bagi penduduk usia sekolah yang tidak lagi duduk di bangku pendidikan formal berada di bawah tanggung jawab Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti mengatakan kementeriannya memberikan layanan paket kesetaraan berupa Paket A, Paket B, dan Paket C. Artinya, penduduk yang mengambil dan lulus Paket C setara dengan penduduk yang bersekolah formal dan lulus SMA.
“Di luar itu, kita juga punya program kursus keterampilan,” kata Suharti dalam konferensi pers ILLC di Bali, Selasa (4/7).
Kursus keterampilan itu dibedakan menjadi dua program. Pertama, Program Kecakapan Kerja (PKK), yang berorientasi mengembangkan keterampilan peserta sesuai dengan kebutuhan industri. Menurut data Kemendikbudristek, sebanyak 41 ribu peserta telah mengikuti program ini pada 2022.
Kedua, Program Kecakapan Wirausaha (PKW) untuk membekali peserta dengan pengetahuan, keterampilan, dan mental wirausaha. Tujuannya agar para peserta dapat membuka dan mengelola usaha sendiri. Sebanyak 22 ribu peserta berpartisipasi dalam program ini tahun lalu.
Suharti mengatakan Kemendikbudristek bekerja sama dengan lembaga-lembaga swasta untuk memberikan pelatihan dalam dua program ini. Pembiayaan terhadap lembaga swasta tersebut berasal dari pemerintah.
Platform Lainnya di ASEAN
Selain Indonesia, sejumlah negara di ASEAN turut membagikan pengalaman dan praktik pembelajaran seumur hidup di konferensi tersebut. Salah satunya Singapura dengan platform Work Study Programme.
Program ini menyasar penduduk yang sudah menyelesaikan pendidikan formal, tetapi masih ingin lanjut belajar dan bekerja pada saat yang sama. Direktur Eksekutif Institute for Adult Learning (IAL) Singapura Yeo Li Pheow mengatakan Work Study Programme bertujuan mencocokkan kemampuan yang dimiliki peserta dengan kebutuhan tempat kerjanya.
“Hal yang penting dalam Work Study Programme adalah harus ada komitmen dari pemberi kerja untuk ikut berpartisipasi dalam program ini,” kata Yeo di ILLC, Selasa (4/7).
Menurutnya, tenaga kerja adalah modal bagi perusahaan atau pemberi kerja di Singapura. Karena itu, keterlibatan perusahaan dapat menguntungkan mereka pula. Perusahaan bisa meningkatkan kemampuan para tenaga kerja dan mempertahankan mereka di perusahaannya.
Sedangkan Filipina mengenalkan Alternative Learning System (ALS). Program ini memiliki program-program turunan, salah satunya Work-Based Learning.
Melalui program ini, para peserta bisa memperoleh pengalaman langsung atau mengikuti simulasi kerja sesuai dengan jalur karir yang diinginkan. Tujuannya agar peserta tahu seberapa jauh kemampuan yang mereka miliki dan bisa diaplikasikan di dunia kerja.
ALS juga memberikan micro-certification bagi para pesertanya. Sertifikat ini menunjukkan pencapaian pendidikan dan keterampilan peserta dan dapat digunakan untuk melamar kerja.
ILLC diikuti oleh 300 peserta yang berasal lebih dari 40 negara. Konferensi ini merupakan kelanjutan dari Marrakesh Framework of Action (MFA) yang dihasilkan dalam Konferensi Internasional Pendidikan Orang Dewasa (CONFINTEA) VII di Marrakesh, Maroko pada 2022.