Era Energi Baru, Holding BUMN Tambang Pacu Gasifikasi Batu Bara & PLTS

Ameidyo Daud Nasution
7 November 2020, 20:13
energi terbarukan, MIND ID, tambang
ANTARA FOTO/Makna Zaezar/wsj.
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Barito, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Sabtu (13/6/2020). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi produksi batu bara hingga Mei 2020 mencapai 228 juta ton, atau 42 persen dari total target produksi nasional tahun 2020 yaitu 550 juta ton.

Tren penggunaan energi terbarukan terjadi pada banyak korporasi di Indonesia, tak terkecuali PT Indonesia Asahan Aluminium atau MIND ID. Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertambangan ini menyambut transformasi energi dengan sejumlah strategi pada anak usahanya.

Ini lantaran ada kecenderungan dunia akan beralih dari energi fosil. Sedangkan di perut bumi Indonesia masih banyak tersimpan baik berupa fosil yang tak terbarukan seperti batu bara.

Advertisement

“Kami mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk berpacu dengan tren dunia yang menolak hasil fosil,” kata Direktur Transformasi Bisnis MIND ID Suryo Eko Hadianto dalam webinar bertajuk tantangan bidang energi usai pandemi yang digelar Ikatan Alumni Universitas Prasetya Mulya, Sabtu (7/11).

 Salah satu langkah besar yang disiapkan adalah gasifikasi batu bara yang saat ini dilakukan PT Bukit Asam Tbk. Dia mengatakan proyek ini merupakan cara PTBA mengutilisasi kandungan batu bara yang besar.

Dia memperkirakan proses gasifikasi ini akan rampung pada 2023 atau 2024 dan menghasilkan 1,4 juta ton DME atau setara 1 juta ton LPG. “Jadi tidak hanya dibakar untuk pembangkit listrik tapi bisa menjadi gas untuk menggantikan impor agar devisa negara terkontrol,” kata Suryo.

Sementara PTBA akan terus memproduksi batu bara dengan volume 100 juta ton per tahun hingga. Eksploitasi ini dilakukan karena waktu yang sempit sebelum banyak industri beralih ke energi terbarukan.

PTBA juga sudah bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero) untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di bandara yang dikelola AP II. Selain itu, mereka akan mengembangkan PLTS di lahan bekas tambang.

Beberapa tempat yang potensial adalah bekas tambang di Ombilin, Sumatera Barat dan Tanjung Enim, Sumatera Selatan. “Karena syaratnya lahan terbuka dan bebas dari gangguan yang menghalangi sinar matahari,” kata Suryo.

Bersamaan ini, tambang yang telah ditutup bisa dijadikan lahan reboisasi untuk tanaman kelapa sawit yang bisa diolah menjadi biofuel. Tak hanya itu, MIND ID juga akan masuk dalam bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk memasok smelter mereka. Ini lantaran biaya produksi listrik dari PLTA relatif murah. “Ke depan, smelter kami akan bertenaga litsrik dari air,” katanya.

Tak hanya itu, MIND ID juga akan menyambut potensi baterai kendaraan listrik dengan hilirisasi nikel bersama PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Selain utk mobil listrik, baterai yang dikembangkan bisa digunakan untuk menyimpan listrik di daerah terpencil.

“Kalau bakai battery cell bisa dibawa hingga (pedalaman) Papua atau Kalimantan,” ujar Suryo.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement