Gubernur BI Ungkap Tantangan RI: Inflasi Naik tapi Permintaan Lemah
Bank Indonesia (BI) melihat tekanan inflasi terus meningkat meski sebetulnya kenaikan ini masih lebih dipengaruhi dari sisi supply atau pasokan, sementara permintaan masih lemah. Gubernur BI Perry Warjiyo kembali menegaskan kesiapannya untuk mengerek suku bunga kebijakannya.
Perry menyebut sebagian besar inflasi berasal dari kenaikan harga pangan global. Kenaikan harga bahan makanan yang kemudian meningkatkan risiko krisis pangan juga turut menjadi perhatian serius para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 selama pertemuan pekan ini.
"Inflasi kita masih terkendali baik, bulan lalu di 4,35%. Meski sekarang tampaknya mulai meningkat tapi permintaan kita masih lemah," kata Perry dalam acara Gala Seminar - Monetary and Financial Sector Policy to Support Stability and Recovery di Nusa Dua, Bali, Minggu (17/7).
Merespon kondisi tersebut, BI mulai menormalkan kebijakan moneternya, sembari mendorong kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Normalisasi moneter dimulai dengan penarikan kuantitatif yang dilakukan sebelumnya. BI menaikkan dan mempercepat kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk menyedot likuiditas berlebih yang ada di perbankan.
"Dan tentunya ketika inflasi fundamental mulai terasa, ekspektasi inflasi juga mulai terasa, tentunya dalam kerangka kami, kami tidak segan-segan merespon dari sisi suku bunga," kata Perry.
Komentar Perry soal rencana kenaikan bunga tersebut sebetulnya bukan hal yang baru. BI berulang kali menegaskan bahwa pihaknya baru akan mengerek suku bunga kebijakan jika tekanan sudah mulai terlihat kepada inflasi inti.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi headline pada Juni memang meningkat dan melampaui target bank sentral tahun ini maksimal 4%. Meski demikian, inflasi inti sebetulnya melemah dari sisi kenaikan.
Inflasi inti secara bulanan pada Juni sebesar 0,19%, lebih rendah dari bulan Mei 0,23%. Inflasi inti secara tahunan naik dari 2,58% menjadi 2,63%, tetapi masih di bawah titik tengah target inflasi BI di 3%.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat BI bakal mengerek bunga pada pertemuan bulan ini sekalipun inflasi inti belum naik signifikan. Bunga acuan diramal naik 25 bps menjadi 3,75% pada bulan ini.
"Biasanya kebijakan moneter itu forward looking, bukan melihat kondisi sekarang, tapi bagaimana 6-12 bulan ke depan," kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (5/7).
Ia memperkirakan, inflasi inti akan menyentuh level 3% bulan depan karena sejumlah faktor. Permintaan agregat terus menguat, kredit juga diperkirakan tumbuh hingga dua digit pada tahun ini.