Ada Momentum yang Hilang dari Pemangkasan Cuti Bersama

Ameidyo Daud Nasution
6 Desember 2020, 10:00
Wakil Ketua PHRI Maulana Yusran
Katadata
Wakil Ketua PHRI Maulana Yusran (Ilustrasi: Joshua Siringo Ringo)

Bisnis perhotelan  merupakan salah satu sektor yang paling terimbas Covid-19. Meski demikian, sektor ini sudah mulai menunjukkan sinyal kebangkitan usai terhantam pandemi.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan sektor akomodasi dan makanan-minuman pada kuartal III mencapai 14,79%. Padahal triwulan sebelumnya sektor ini terkontraksi hingga minus 22,3%.

Selain itu tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang pada Oktober mencapai 37,48% atau naik 5,36 poin dari September 2020. Meski demikian, pengusaha hotel enggan terburu-buru menyatakan kondisi saat ini sudah menunjukkan pemulihan. 

"Oktober itu ada kenaikan okupansi 20% karena ada long weekend cuti bersama berikut Maulid Nabi," kata Wakil Ketua Umum Perkumpulan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran dalam sebuah sesi wawancara dengan Katadata.co.id, Rabu (2/12).

Maulana mengatakan kondisi sulit masih dirasakan pengusaha hotel. Bahkan lebih dari separuh dari pekerja di sektor perhotelan sudah dirumahkan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Padahal keberadaan karyawan merupakan salah satu hal paling penting dalam bisnis akomodasi.

Dia juga menganggap peluang perbaikan bisnis akomodasi terhambat pemangkasan cuti bersama yang dilakukan pemerintah. “Hilang momentum apalagi hidupnya sektor pariwisata ini kan dari orang libur,” kata bos PT Tuah Tirapah itu.

Oleh sebab itu para pengusaha terpaksa memutar otak untuk bertahan dari pandemi yang belum jelas akhirnya ini. Mereka juga meminta sejumlah keringanan dan insentif agar tidak tumbang. Berikut petikan wawancara Maulana dengan Ameidyo Daud dari Katadata.co.id:

Data BPS menunjukkan perbaikan bisnis perhotelan sendiri, bagaimana pengusaha melihat hal ini ?

Apa yang disampaikan BPS sesuai dengan survei internal PHRI di 26 provinsi. Dari data itu, ada kenaikan okupansi 20% karena ada long weekend cuti bersama berikut Maulid Nabi pada Oktober. Awalnya rata-rata okupansi 34%, kemudian meningkat sekitar 54%. Itu yang berkontribusi menutup okupansi bulanan.

Jadi bukan ditunjang oleh pemulihan, tapi long weekend ?

Iya, masyarakat biasanya berlibur atau leisure yang terbesar itu saat lebaran, tahun baru, libur sekolah, cuti bersama, libur keagamaan yang ditetapkan pemerintah.

Wilayah mana yang sudah mulai pulih?

Umumnya average okupansi tertinggi di pulau Jawa karena punya infrastruktur tol yang terhubung dari Banten sampai Jawa Timur. Di Pulau Sumatera, dominasinya Lampung dan Palembang karena terhubung tol dan ferry. Di Bali kontribusi okupansi 70% kontribusinya dari turis asing, di masa pandemi ini bagaimanapun paling tinggi hanya 30%.

Ada kaitannya dengan turis domestik yang lebih memilih jalan darat ?

Benar, apalagi masyarakat masih khawatir (Covid-19), traveler itu kan enggak mau pusing. Saya juga highglight negara kepulauan dan transportasi yang menjadi favorit adalah transportasi udara. Itulah yang meningkatkan pergerakan sampai di angka 300 juta tahun 2018 dan turun jadi 250 juta 2019.

Kemudian, pada saat pandemi untuk menggunakan penerbangan perlu persyaratan seperti uji rapid test, itu kan peningkatan biaya. Satu lagi, di dalam pesawat itu ada social distancing sehingga load factor mereka enggak penuh. Sehingga trennya sekarang orang menggunakan kendaraan pribadi karena mereka lebih leluasa dan bisa menikmati perjalanan. Waktu tempuh pun lebih singkat, misal dalam waktu 5 jam mereka bisa sampai di Semarang, kemudian selama 10 jam sudah sampai di Jatim, 14-15 jam sudah sampai di Bali.

Dengan model perjalanan darat yang marak ini, apa dampaknya ke pengusaha hotel ?

Reservasi kita agak menurun karena kalau orang naik mobil itu kan last minute pemesanannya dan punya waktu untuk mengubah itinerary. Apalagi sangat mudah mendapatkan hotel sekarang, tinggal lewat aplikasi saja, cukup datang ke satu spot saja bisa dapet kamar.

Masih ada kekhawatiran wisatawan terkait Covid-19, bagaimana penerapan 3M di perhotelan sejauh ini ?

Sebenarnya kekhawatiran traveller itu adalah penularan ketika mereka melakukan pergerakan wisata, bukan karena kekhawatiran di tempatnya. Sekali lagi saya sampaikan bahwa hotel restoran adalah tempat usaha yang sangat mengandalkan interaksi orang.

Kami tidak ada pilihan selain meyakinkan publik dulu dengan penerapan protokol tersebut. Makanya protokol menjadi wajib, begitu sudah diterapkan baru kami publikasikan. Kalau dulu kan persaingan hotel adalah fasilitas seperti kolam renang dan lain, sekarang protokolnya dulu. Jadi sebagus apapun kalau tidak ada protokol kesehatannya tidak akan mau mereka. Ditambah lagi pemerintah juga memberikan stimulus dalam program CHSE itu. Itu kan ada auditnya sehingga kami melakukan self assesment.

Tapi penularan masih terjadi, contohnya usai liburan panjang ?

Penyebaran virus itu saat pergerakan mengunjungi destinasi wisata bukan di hotel. Di kawasan destinasi ini kan masalah perubahan perilaku masyarakat, seharusnya menerapkan adaptasi normal baru. Di tempat usaha sangat mudah dilakukan dan sanksinya jelas. Namun, pola perubahannya memang tidak mudah dan perlu waktu. Kami berharap pemerintah mengevaluasi apa yang harus dilakukan guna mengantisipasi  kerumunan bukan menahan orang bergerak karena harus menjalankan ekonominya.

Menahan orang bergerak itu erat kaitannya dengan pemangkasan cuti?

Termasuk. Namun, PSBB sudah tidak menurunkan angka Covid-19, karena masih banyak yang tinggal di lingkungan padat penduduk. Perspektif kami, bukan dengan cara pembatasan saja tetapi harus melakukan langkah mengedukasi masyarakat sehingga terjadi perubahan perilaku yakni menerapkan protokol kesehatan.

Pemerintah malah memangkas tiga hari cuti, dampaknya akan seperti apa?

Cancellation (pembatalan). Begitu dipotong 3 hari tanggal 28-30 Desember 2020, berarti kalau dia mau berwisata bolak balik maksimal 4 hari. Padahal berkaca dari Oktober kemarin okupansi tinggi itu bisa didapat (dari cuti bersama).

Dengan adanya pemangkasan ini, berapa okupansi yang bisa tercapai di akhir tahun ?

Saya tidak berani melakukan forecast karena sekarang market itu sangat unpredictable. Sebenarnya kalau tidak ada pemangkasan itu bisa naik karena liburnya cukup panjang, 11 hari. Dengan 11 hari itu kami masih optimistis okupansi bisa tumbuh 10% dibandingkan Oktober. Jadi karena ada pemangkasan itu, kami pesimis bisa tercapai.

Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...