• Pengusaha dan Kementerian BUMN mulai melirik sejumlah merek vaksin
  • Pemerintah sedang menggodok payung hukum vaksinasi mandiri
  • Swasta tak bisa mengimpor vaksin yang digunakan bagi pegawai

Perusahaan swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga saat ini masih menunggu kepastian dan payung hukum untuk memulai vaksinasi mandiri Covid-19. Namun beberapa merek vaksin corona juga telah masuk dalam radar mereka.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani mengatakan vaksinasi mandiri tak akan menggunakan vaksin yang digunakan pemerintah. Oleh sebab itu ia membuka kemungkinan beberapa jenis lain seperti Sputnik V atau GlaxoSmithKline (GSK).

“Yang paling penting harus melewati Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),” kata Rosan dalam sebuah wawancara dengan Katadata.co.id pekan lalu.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan saat ini perusahaan masih dalam tahap pendataan pekerja yang akan menerima vaksinasi. Mengenai jenis vaksin, mereka akan mengikuti rekomendasi pemerintah dan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

“Kami mengikuti aturannya seperti apa, maka (mau) pakai merek macam-macam,” kata Hariyadi.

Sedangkan Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan beberapa merek yang dilirik antara lain Moderna atau Janssen, anak usaha Johnson & Johnson. Saat ini sejumlah Menteri hingga Duta Besar sedang sibuk mencari alternatif antivirus yang tersedua.

Erick juga memastikan pengadaan vaksin akan menjadi urusan pemerintah, sedangkan swasta akan dikenakan biaya dalam rangka membeli vaksin jadi. “Swasta tidak bisa impor (karena) pengadaan manufakturnya oleh pemerintah," kata Erick Jumat (29/1) dikutip dari situs berita iNews.

Hasil penelitian terakhir, Sputnik V yang dikembangkan Gemaleya Research Institute dari Rusia memiliki tingkat efikasi mencapai 91,6 % dalam mencegah gejala Covid-19. Hasil uji klinis sementara juga menyebutkan vaksin ini tak memiliki efek samping serius.

Adapun efikasi vaksin Moderna mencapai 94,5%, sedangkan Johnson & Johnson mengklaim vaksin mereka memiliki efikasi 72%. Sementara vaksin GSK yang dikembangkan bersama raksasa farmasi Prancis, Sanofi saat ini masih menjalani pengujian.

Kementerian Kesehatan memang telah menetapkan enam merek vaksin yang digunakan di Indonesia. Keenamnya adalah Sinovac, Sinopharm, Pfizer/BioNTech, Moderna, AstraZeneca, dan Bio Farma.

Sedangkan dari data WHO, hingga 29 Januari sudah ada 15 vaksin Covid-19 yang menjalani uji fase ketiga. Mereka terdiri dari vaksin Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, Moderna, Cansino, Janssen Pharmaceutical, Novavax, dan Cansino sebanyak dua vaksin.

Selain itu ada vaksin Sputnik V, Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical, CureVac, Institute of Medical Biology & Chinese Academy of Medical Sciences, Ressearch Institute for Biological Safety Problems (Kazakstan), Zydus Cadila, dan Bharat Biotech.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada November lalu pernah menyatakan usai Sinovac, mereka akan menguji vaksin Sputnik V, Pfizer, dan AstraZeneca. Meski demikian hingga saat ini belum ada kabar lanjutan mengenai rencana tersebut.  

Halaman:
Reporter: Rizky Alika, Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement