Lampaui Target, Produksi Batu Bara Adaro Capai 58,03 Juta MT di 2019

KATADATA/
Gedung Adaro Energy. Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatat total volume produksi batu bara sepanjang tahun lalu mencapai 58,03 juta metrik ton (Mt).
Editor: Ekarina
18/2/2020, 12.25 WIB

Emiten pertambangan, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatat total volume produksi batu bara sepanjang tahun lalu mencapai 58,03 juta metrik ton (Mt). Angka tersebut melampaui 3,5% dari target produksi perusahaan tahun lalu sebanyak 54-56 juta Mt serta meningkat 7,3% dibandingkan realisasi produksi tahun sebelumnya.

Produksi batu bara tersebut berasal dari anak usaha Adaro Energy, yakni PT Adaro Indonesia (AI), PT Balangan Coal Companies dan  PT Adaro Metcoal Companies (AMC).

Manajemen Adaro mengatakan, kenaikan volume produksi perudahaan terdorong oleh perdagangan global batu bara termal hingga lebih dari satu miliar ton. Selain itu, naiknya permintaan batu bara Indonesia dari negara di Asia Tenggara, seperti Vietnam, Malaysia, dan Filipina juga turut mendorong peningkatan produksi perseroan.

(Baca: ESDM Bidik Investasi Minerba Tahun Ini Naik 18% Jadi Rp 105 Triliun)

"Hal itu disebabkan oleh tingginya permintaan listrik, sehigga perlu adanya penambahan kapasitas PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)," dikutip dari keterangan resmi perusahaan di Jakarta, Selasa (18/2).

Perusahaan mencatat, 42% batu bara perusahaan diperdagangkan ke pasar Asia Tenggara, diikuti kawasan Asia Timur sebanyak 29%, India 15%, dan Cina 12%. Sedangkan, sisanya dijual ke pasar Eropa, Selandia Baru dan Pakistan.

Tak hanya, meningkatnya permintan batu bara di pasar domestik sebesar 20%, juga menyumbang penjualan perseroan. 

(Baca: Harga Saham Adaro Melesat di Tengah Anjloknya Saham Emiten Batu Bara)

Kendati masih sektor batu bara masih terus dibayangi tantangan pelemahan haraga tahunan, pelemahan dkonomi dan ketidakpastian dagang, perusahaan optimistis, fundamental jangka panjang pasar batu bara tetap prospektif.

Hal ini didukung oleh tingginya permintaan pasar Asia Tenggara dan Asia Selatan seiring dengan upaya negara kawasan tersebut mengejar pembangunan ekonomi dan meningkatkan sektor ketenagalistrikan.

Reporter: Fariha Sulmaihati