Holding BUMN Farmasi menargetkan meningkatkan pangsa pasar industri pada 2020. PT Bio Farma (Persero) targetkan bisa meraih 7%-10% pangsa pasar farmasi dalam negeri tahun ini, pasca-menaungi dua perusahaan pelat merah sejenis, yakni PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF).
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, sebelum bergabung menjadi anggota holding, pangsa pasar Kimia Farma dan Indofarma masih sangat kecil, yaitu masing-masing sekitar 0,5% dan 3,5%. Adapun kompetitornya, yaitu PT Kalbe Farma mampu meraih 6%.
"Tidak satu pun bisa mencapai 10%, maka dengan adanya holding kami optimis bisa menembus nomor satu," kata di Jakarta, Rabu (5/2).
(Baca: Holding BUMN Farmasi Bisa Tekan Impor Bahan Baku Obat Rp 28 Triliun)
Untuk mencapai target, masing-masing perusahaan fokus pada bisnis tertentu. Misalnya, Kimia Farma yang nantinya berfokus pada produk farmasi dan kimia, sedangkan Indofarma pada bisnis alat kesehatan dan produk herbal. Adapun Bio Farma akan fokus dalam pengembangan vaksin.
Selain itu, perusahaan juga akan melakukan sinergi distribusi, dan saling melengkapi produk. Sebab, selama ini produk Kimia Farma dan Indo Farma saling beririsan. Hal ini dilakukan dengan cara mengembangkan sistem informasi dan teknologi produk, dengan begitu biaya distribusi bisa lebih efisien.
"Misalnya apotek di Papua yang terjual produk apa saja, jadi tidak ada lagi produk yang menempuk di satu tempat," kata dia.
Untuk mengembangkan bisnisnya, pada tahun ini Bio Farma menganggarkan belanja modal sebesar Rp 3 triliun. Adapun total aset konsolidasi perseroan mencapai Rp 17 triliun.
(Baca: Bio Farma Proyeksi Butuh 15 Tahun untuk Temukan Vaksin Virus Corona)
Seperti diketahui, Kimia Farma memiliki 1.300 apotek yang tersebar di seluruh Indonesia, memiliki 11 pabrik, 48 cabang distribusi, 64 laboratorium klinik, 55 klinik kesehatan, tiga klinik kecantikan, 24 apotek di Jeddah, Mekkah, dan Madinah. Selain itu, memiliki tujuh anak perusahaan, tiga cucu perusahaan , satu cicit perusahaan.
Sedangkan, Bio Fama memiliki satu pabrik yang memproduksi vaksin dan anti sera. Adapun Indo Farma memiliki satu pabrik, dengan 29 cabang distribusi, dan satu laboratorium Biovaibhalitas dan Bioekuivalensi.
Penetapan Bio Farma sebagai induk usaha farmasi ditandai pasca keluarnya surat persetujuan dari Menteri Badan Usaha Milik Negar (BUMN) Erick Thohir yang menyetujui pengalihan saham seri B milik negara, pda Kimia Farma dan Indofarma pada akhir Januari 2020.