Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggelar rapat panitia kerja tertutup dengan pakar dan perwakilan dari asosiasi asuransi di antaranya eks Direktur Utama Jamsostek Hotbonar Sinaga. Hotbonar mengatakan, dirinya memberikan masukan untuk penyelamatan Jiwasraya. Masukan yang dimaksud antara lain mendorong pertumbuhan organik dan membentuk induk usaha (holding) asuransi.
Ia menjelaskan, pertumbuhan organik bisa dilakukan di antaranya dengan menjual produk asuransi baru. Produk asuransi yang dinilainya prospektif yaitu yang menjamin kecelakaan di luar jam kerja. "Sekarang kan Jamsostek (BPJS Ketenagakerjaan) hanya cover kecelakaan kerja selama jam kerja atau terkait dengan hubungan industrial saja," kata dia usai rapat dengan Anggota Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (28/1).
Sedangkan pembentukan holding asuransi bisa jadi inisiatif Kementerian BUMN sebagai pemegang saham. Nantinya, holding asuransi bisa mencari pendanaan dari lembaga keuangan luar negeri. Dana tersebut kemudian langsung disalurkan ke Jiwasraya sebagai anak usaha sebagai pinjaman subordinasi. "(Pinjaman subordinasi) tanpa bunga dan tidak boleh ditarik kembali oleh holding dan tidak boleh dibayar sebelum Jiwasraya sehat," kata dia.
(Baca: SBY Minta Pemerintah Investigasi 7 Hal untuk Bongkar Kasus Jiwasraya)
Jika Jiwasraya mencari pendanaan secara langsung tanpa melalui holding, Hotbonar yakin instrumen pendanaan yang dirilis tak akan laku. Ia pun menyinggung soal rencana Jiwasraya menerbitkan surat utang jangka pendek 2018 lalu. "Siapa yang mau beli kalau nanti rating bukan B atau A, tapi Z? Siapa yang mau beli efek yang dijual oleh Jiwasraya?" ujarnya.
Adapun pembentukan holding asuransi sudah jadi rencana Kementerian BUMN. Meskipun, aturan untuk merealisasikan rencana tersebut belum juga terbit. Di luar itu, saat ini, Kementerian BUMN dan Jiwasraya tengah memproses penjualan anak usaha Jiwasraya, yaitu Jiwasraya Putra (JS Putra). Anak usaha ini sengaja dibentuk untuk dijual guna mendapatkan dana segar untuk menopang keuangan Jiwasraya.
(Baca: Tampik Seperti Jiwasraya, Taspen Pamer Laba Tahun Lalu Rp 388 Miliar)
Terkait JS Putra, Hotbonar mengatakan jika tujuannya agar tumbuh organik, maka baru bisa menolong Jiwasraya sekitar 10 hingga 20 tahun lagi karena asuransi yang dijual anak usaha tersebut bersifat ritel. Sedangkan jika JS Putra dimaksudkan untuk dijual, Hotbonar menilai hal tersebut akan sulit dilakukan saat ini. "Nanti bisa-bisa tidak laku karena cikal-bakal si Induk yang sedang bermasalah. Itu mesti ditanya ke Kementerian BUMN, apa yang dimaksud dengan bentuk anak usaha?" kata dia.