Ekonomi Global Melemah, Laba Chandra Asri Kuartal III 2019 Anjlok 80%

www.barito.co.id
Ilustrasi pabrik petrokimia. Laba bersih Chandra Asri Petrochemical pada kuartal III tahun ini anjlok 80,9% secara tahunan lantaran turunnya permintaan yang disebabkan perang dagang.
23/12/2019, 12.15 WIB

PT Chandra Asri Petrcochemical Tbk (TPIA) membukukan laba bersih sebesar US$ 32,6 juta atau sekitar Rp 456,4 miliar (kurs Rp 14.000 per dolar) hingga kuartal III 2019. Laba bersih perseron tersebut menurun hingga 80,90% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu (year on year/yoy) sebesar Rp 2,39 triliun.

Tergerusnya laba perusahaan petrokimia tersebut didorong oleh turunnya pendapatan sebesar 29,59% menjadi Rp 19,32 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 27,44 triliun.

"Kinerja keuangan kami selama sembilan bulan 2019 mencerminkan kondisi makroekonomi global yang lebih lemah," kata Direktur Chandra Asri Suryandi melalui keterangan pers, Senin (23/12).

Sementara itu, beban pokok pendapatan turun 4,2% menjadi Rp 17,08 triliun dibandingkan periode yang sama  tahun lalu sebesar Rp 22,54 triliun. Sehingga laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) tercatat sebesar Rp 2,175 triliun turun 53,9% secara tahunan dari Rp 4,72 triliun pada kuartal III 2018..

(Baca: Diresmikan Jokowi, Chandra Asri Operasikan Pabrik Bahan Baku Plastik)

EBITDA yang menurun tersebut didorong oleh margin petrokima yang lebih rendah, dengan penambahan kapasitas pasokan baru di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, serta melemahnya permintaan perdagangan untuk polymer dan ekspor barang jadi karena adanya perang dagang AS-Tiongkok.

Selain itu, terdapat Turnaround Maintenance (TAM) terjadwal terhadap pabrik-pabrik pada Agustus dan September 2019. Adanya TAM pada pabrik-pabrik tersebut dilakukan untuk tie-in dengan kapasitas PE (Polyethylene) dan PP (Polyphropylene) yang baru mulai beroperasi.

Suryandi menjelaskan pihaknya memiliki pabrik PE baru dengan kapasitas 400 kilo tons per annum (KTA) dan tambahan kapasitas PP sebesar 110 KTA. Pengerjaan proyek tersebut dilakukan lebih cepat dari jadwal, namun tetap sesuai dengan anggaran dan rekam jejak keselamatan baru, yaitu 44 juta jam kerja tanpa kecelakaan.

Kedepannya, perusahaan berkode emitan TPIA ini akan terus membuat kemajuan dalam industi petrokimia dengan membangun proyek CAP 2. "Kompleks cracker kedua memberikan pertumbuhan eksponensial dan berkontribusi terhadap peningkatan pasokan domestik, mengurangi impor dan meningkatkan neraca pembayaran Indonesia," kata dia.

(Baca: Asosiasi Plastik Ungkap 4 Faktor Penghambat Investasi Petrokimia)

Reporter: Fariha Sulmaihati