Sritex Tunggu Hasil Investigasi Penyebab Kebakaran Gudang Kapas

ANTARA FOTO/Maulana Surya
Ilustrasi pabrik tekstil.
Editor: Yuliawati
2/10/2019, 18.04 WIB

Aparat keamanan masih menyelidiki penyebab kebakaran yang menimpa gudang kapas milik PT Sri Rejeki Isman (SRILL) atau Sritex pada Jumat (27/9) malam di Sukoharjo, Jawa Tengah. Corporate Communication Sritex Joy Citradewi menjelaskan tim forensik baru memulai investigasi.

"Forensik baru masuk kemarin, karena (menunggu) pendinginan itu butuh waktu," kata Joy kepada Katadata.co.id, Rabu (2/10).

(Baca: Gudang Kapas Milik Sritex di Sukoharjo Terbakar)

Sritex menargetkan mengetahui penyebab kebakaran pada pekan ini. Selain itu, perseroan juga masih melakukan verifikasi terhadap jumlah kerugiannya. Namun, Joy memastikan musibah tersebut tidak menganggu operasional perusahaan.

Kebakaran di gudang cadangan bahan baku itu terjadi pukul 21.30 WIB. Pemadam kebakaran tiba dilokasi 15 menit setelah pelaporan. Berdasarkan pantauan Antara di lokasi, besarnya embusan angin dan isi gudang yang mudah terbakar membuat api terus membesar. Terlihat kepulan asap hitam juga membumbung tinggi.

Beruntung gudang pabrik tidak berbatasan langsung dengan pemukiman warga. Sebab, sisi selatan dan timur gudang tersebut adalah persawahan. Belasan mobil pemadam kebakaran didatangkan untuk memadamkan amukan api.

Salah satu petugas yang enggan menyebutkan namanya mengatakan kebakaran terjadi pada gudang kapas paling selatan. Pihaknya memastikan dalam peristiwa tersebut tidak memakan korban jiwa.

(Baca: Emiten Tekstil Panen Laba di Tengah Banyak Perusahaan Tutup)

Sritex merupakan salah satu perusahaan tekstil yang mampu meraup untung di saat banyak produsen sejenis lainnya bangkrut. Pada semester I 2019, Sritex membukukan laba sebesar US$ 63,2 juta atau Rp 884,8 miliar (dengan kurs Rp 14.000 per dolar AS).

Laba bersih itu meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) senilai US$ 56 juta atau Rp 784 miliar. Kenaikan tersebut ditopang oleh pendapatan usaha sebesar US$ 513 juta, sedangkan beban usaha US$ 38 juta.

Perusahaan terbuka ini juga aktif menerapkan teknologi industri 4.0 untuk meningkatkan efisiensi. Selama 2013-2018, Sritex menghabiskan US$ 100 juta dalam menerapkan otomatisasi, robotisasi, dan digitalisasi hampir di sebagian lini produksi.

Emiten tersebut juga mengintegrasikan empat proses produksi yakni spinning (pemintalan benang), weaving (penenunan), finishing, dan garmen. Bahkan, perusahaan sedang menyiapkan bisnis Hutan Tanaman Industri yang dapat memasok bahan baku serat rayon buat Sritex.

(Baca: Sritex Rambah Bisnis Ritel)

Reporter: Fariha Sulmaihati