Persoalan likuiditas masih membelit perusahaan milik negara PT Asuransi Jiwasraya. Belakangan, perusahaan mengumumkan pendirian anak usaha di bidang asuransi PT Jiwasraya Putra sebagai upaya untuk memperbaiki likuiditas. Lantas, apakah opsi ini cukup, atau ada jalan lain yang bisa diupayakan?
Pengamat Asuransi Irvan Rahardjo mengatakan opsi jangka pendek yang bisa diterapkan yaitu mencairkan beberapa aset finansial, seperti saham, obligasi, dan reksa dana. Selain itu, mengoptimalkan pemasukan dari hasil kerja sama penjualan bancassurance dengan bank-bank milik negara.
Di sisi lain, optimalisasi aset non-produktif berupa tanah dan bangunan bisa menjadi opsi untuk menopang keuangan perusahaan. Namun, dampaknya baru akan terasa dalam jangka panjang. “Dengan kelesuan bisnis properti saat ini, sulit didapatkan hasil segera,” ujarnya kepada katadata.co.id, Selasa (17/9).
(Baca: Bank Dunia Soroti Bumiputera & Jiwasraya, Asosiasi Asuransi Buka Suara)
Adapun perusahaan belum mempublikasikan kondisi keuangan terkininya. Perusahaan terakhir kali mempublikasikan laporan keuangan 2017 di situs resminya. Ketika itu, aset finansial terbesar yaitu reksa dana Rp 19,2 triliun, saham Rp 6,6 triliun, deposito berjangka Rp 4,3 triliun, Surat Utang Negara Rp 3,1 triliun, dan obligasi korporasi Rp 1,8 triliun. Di sisi lain, aset properti Rp 6,6 triliun.
Masalah likuiditas yang dialami Jiwasraya mencuat tahun lalu. Ini seiring beredarnya surat perusahaan kepada bank mitra yang menginformasikan keterlambatan pembayaran atas polis bancassurance JS Proteksi Plan yang jatuh tempo.
Dalam surat tersebut, perusahaan menyatakan tengah mengalami tekanan likuiditas. Perusahaan dan pemegang saham, yaitu pemerintah, tengah mencari opsi pendanaan. Setelah itu, perusahaan memberikan opsi kepada pemegang polis untuk penyelesaian keterlambatan bayar tersebut.
Sempat muncul dugaan bakal diupayakannya suntikan modal dari pemerintah. Namun, opsi ini bukan perkara gampang. Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Nasdem Donny Imam Priambodo sempat mengatakan suntikan modal bisa dipertimbangkan bila tujuannya untuk meningkatkan produktifitas sehingga keluar dari masalah.
Namun, bila suntikan modal untuk membayar utang atau mengganti kerugian, maka perlu kajian yang lebih dalam. “Jangan sampai menjadi unsur merugikan negara,” ujarnya.
Pendirian Anak Usaha Jiwasraya Putra
PT Asuransi Jiwasraya memutuskan untuk mendirikan anak usaha baru di bidang asuransi yaitu PT Jiwasraya Putra. Tujuannya, meningkatkan kinerja usaha perusahaan guna memperbaiki likuiditas perusahaan.
Strateginya, Jiwasraya Putra akan menjual produk asuransi dan unitlink. Perusahaan akan memanfaatkan jaringan empat BUMN besar guna mendukung pemasaran produk tersebut. BUMN yang akan digandeng yaitu Bank Tabungan Negara, Pegadaian, Kereta Api Indonesia, dan Telkomsel.
Selanjutnya, Jiwasraya akan melepas kepemilikan mayoritas di perusahaan tersebut kepada investor baru. "Dengan value yang di-create, kemudian Jiwasraya sebagai pemegang saham mayoritas akan mengundang mitra strategis," kata Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko kepada katadata.co.id, Jumat (13/9).
(Baca: Penyelamatan Jiwasraya, Mulai Surat Utang Hingga Bentuk Anak Usaha)
Dikutip dari Antara, selain membentuk anak usaha, manajemen baru Jiwasraya saat ini tengah merancang produk reasuransi untuk membantu perusahaan asuransi membagi risiko. Produk reasuransi tersebut ditargetkan meluncur pada Oktober atau November 2019.