PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatatkan kinerja positif pada semester I 2019 dengan mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemiliki entitas induk senilai US$ 24,1 juta atau setara Rp 339 miliar (kurs: Rp 14.088 per dolar AS). Pada periode yang sama tahun lalu, maskapai pelat merah ini merugi hingga US$ 116,8 juta atau lebih dari Rp 1,6 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan Garuda semester I 2019 yang dirilis pada Rabu (31/7), peningkatan laba ini sejalan dengan total pendapatan usaha perusahaan yang tumbuh 9,76% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 2,19 miliar dibanding US$ 1,99 miliar pada periode yang sama 2018.
Pendapatan usaha Garuda dikontribusi dari naiknya penerbangan berjadwal sebesar 8,8% yoy menjadi US$ 1,85 miliar dari US$ 1,70 miliar di semester I 2018. Lalu, pendapatan lainnya juga naik 27,1% yoy menjadi US$ 334 juta dari US$ 262 juta. Namun, tercatat pendapatan usaha dari penerbangan tidak berjadwal mengalami penurunan hingga 86,4% yoy menjadi US$ 4,37 juta dari US$ 32,2 juta.
(Baca: Rugi di 2018, Garuda Optimistis Hasilkan Laba US$ 70 Juta Tahun Ini)
Pada pos penerbangan berjadwal tercatat pendapatan dari penerbangan penumpang naik 7,21% yoy menjadi US$ 1,68 miliar pada semester I 2019 dari US$ 1,56 miliar. Kenaikan juga ditopang oleh bisnis kargo Garuda yang mengalami kenaikan 29,8% yoy menjadi US$ 161,6 juta dari US$ 124,4 juta.
Sementara, pada pos pendapatan lainnya, raihan laba dikontribusi oleh naiknya pendapatan dari pemeliharaan dan perbaikan pesawat. Pada semester I 2019 Garuda mampu mengantongi pendapatan dari pemeliharan dan perbaikan pesawat senilai US$ 122,2 juta, naik hingga 22,6% yoy dari US$ 99,7 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Tidak hanya itu, laba yang berhasil dikantongi oleh perusahaan pada paruh pertama tahun ini juga berkat langkah efisiensi yang dilakukan. Meski beberapa pos beban ada yang naik, namun secara total, beban usaha Garuda turun 1,86% yoy menjadi hanya US$ 2,10 miliar dibandingkan US$ 2,14 miliar.
(Baca: Laporan Keuangan 2018 Disajikan Ulang, Garuda Rugi Rp 2,4 Triliun)
Beberapa beban usaha yang menurun, di antaranya beban operasional penerbangan turun sebesar 4,26% yoy menjadi US$ 1,23 miliar dibandingkan US$ 1,29 miliar pada semester I 2018. Kemudian beban bandara turun tipis 2,64% yoy menjadi US$ 193,5 juta dari US$ 198,7 juta. Serta beban pelayanan penumpang turun sebesar 8,58% yoy menjadi hanya US$ 133,2 juta dari US$ 145,7 juta.
Sementara itu total aset Garuda Indonesia pada semester I 2019 tercatat mengalami kenaikan 5,02% yoy menjadi US$ 4,37 miliar dari US$ 4,16 miliar pada periode yang sama 2018. Total aset lancar pada periode tersebut naik 16,6% yoy menjadi US$ 1,27 miliar dari US$ 1,09 miliar. Sementara, total aset tidak lancar naik tipis 0,8% yoy menjadi US$ 3,10 miliar dari US$ 3,07 miliar.
Total liabilitas dan ekuitas perusahaan pada semester I 2019 juga mengalami kenaikan 5,0% yoy menjadi US$ 4,37 miliar dari US$ 4,16 miliar. Total liabilitas Garuda naik 3,81% yoy menjadi US$ 3,56 miliar dari US$ 3,43 miliar. Sedangkan total ekuitas naik 10,6% yoy menjadi US$ 808,1 miliar dari US$ 730,1 miliar.
(Baca: Rugi dalam Penyajian Ulang Laporan Keuangan 2018, Saham Garuda Merosot)