Presiden Joko Widodo (Jokowi) sore tadi memanggil sejumlah pengusaha kelas kakap ke Istana Negara. Dalam pertemuan ini, Jokowi meminta para pengusaha beriventasi properti di sejumlah destinasi wisata baru, salah satunya di Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Beberapa pengusaha properti yang hadir bertemu Jokowi di Istana, antara lain pendiri dan pemilik Mayapada Group Dato Sri Tahir, pemilik CT Corp Chairul Tanjung, Managing Director Sinar Mas Group Gandi Sulistyo, CEO Sinarmas Land Ltd Muktar Widjaja.
Kemudian hadir pula pemilik MNC Group Hary Tanoesoedibjo, pemilik grup Djarum Robert Budi Hartono, pendiri dan pimpinan Rajawali Corpora Peter Sondakh, pemilik dan pendiri Grup Mulia Eka Tjandranegara, Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar M Mansoer dan sejumlah pengusaha lainnya.
(Baca: Selain MotoGP, Jokowi Ingin Mandalika Bisa Gelar Balap Mobil F1)
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, pada pertemuan tersebut, para pengusaha diminta Jokowi membangun hotel.
"Intinya Presiden meminta kami untuk membantu di Mandalika, untuk hotel. Jadi di sana itu hotel kurang, baru tiga (hotel) yang ada," kata dia di Jakarta, Selasa (25/6).
Optimalisasi fasilitas wisata itu menurutnya dalam rangka rencana pembangunan sirkuit MotoGP dan yang sedang disiapkan juga sirkuit Formula 1 (F1). Pada Mei 2019 lalu Presiden Jokowi menyampaikan rencana pembangunan sirkuit MotoGP yang akan dilangsungkan pada 2021. Sirkuit itu ditargetkan selesai pada 2020.
"Saya juga baru dengar itu ternyata Pak Jokowi ada pembicaaan kalau tidak salah di Osaka, dengan pemegang haknya F1 bahwa akan menghadirkan F1 juga di sana (Mandalika). Tapi karena kekurangan hotel, mereka minta kami, pengusaha ini, investasi hotel dan properti," ujar Hariyadi.
(Baca: Bangun Sirkuit MotoGP di Mandalika, Kontraktor Prancis Danai Rp 14 T)
Namun dia mengaku masih ada sejumlah kendala untuk mengembangkan Lombok antara lain terkait pengadaan fasilitas dan atraksi yang mampu menarik wisatawan. Hal lain yang menurut dia perlu dipikirkan, yaitu mengenai branding pariwisata di NTB yang sebelumnya disebut sebagai wisata syariah dan wisata halal.
"Pilihan terhadap restoran halal, hotel halal atau moslem friendly itu pasti ada, tapi tidak di- branding seperti itu jangan sampai kita membatasi potensi yang ada," ungkap Hariyadi.
Sedangkan pemilik MNC Group Hary Tanosoedibjo menyatakan bahwa Indonesia masih kekurangan turis asing. Pembangunan kawasan Mandalika, ditargetkan dapat meningkatkan tingkat kedatangan turis.
(Baca: Pemerintah Siap Tambah Insentif Pajak di Kawasan Ekonomi Khusus)
"Kalau kami bisa ikut berpartisipasi membangun kawasan wisata tentunya itu bagus, karena kami dapat mendatangkan devisa bagi negara, " kata dia.
Namun, unttuk investasi hotel serta detail investasi lainnya, masih perlu dibicaralan dengan Indonesia Tourism Development Cooperation (ITDC), selaku BUMN yang khusus mengembangkan kawasan wisata di Bali dan di Mandalik.
MNC, Harry mengatakan, sudah berinvestasi pariwisata di kawasan wisata di Bali. "Kami di sudah ada Bali, The Westin itu di bawah MNC group di Nusa Dua, lagi dibangun kawasan Tabanan, Tanah Lot itu Trump Development, kerja sama dengan Trump Organization ada hotel, golf, vila, kami kembangkan di Lido (Jawa Barat)," ujar Hary.