Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan total laba bersih perusahaan pelat merah tahun ini mencapai Rp 200 triliun. Target tersebut tumbuh 6,3% dari prognosa laba BUMN pada 2018 yang mencapai Rp 188 triliun.
"(Laba bersih 2018) itu masih prognosa, auditnya masih belum selesai," kata Menteri BUMN Rini Soemarno usai menggelar Rapat Koordinasi bersama seluruh BUMN di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (28/2).
Rini menjelaskan tujuan dari Rapat Koordinasi ini untuk memberikan gambaran kepada jajaran direksi dan komisaris BUMN capaian kementerian sejak 2015 hingga 2018. Rini mengatakan, dalam empat tahun tersebut, pihaknya mendapatkan dukungan dari pemerintah.
(Baca: WIKA Lepas Status BUMN, Bersiap jadi Anak Holding BUMN Perumahan)
Dukungan yang dimaksud, di antaranya berupa pemberian modal tambahan kepada BUMN sehingga perusahaan pelat merah bisa lebih banyak berinvestasi dan merealisasikan program pemerintah, terutama dalam hal konektivitas. "Baik darat, jalan tol, kereta api, perbaikan stasiun kereta api, penambahan bandara, landing strip, sehingga seperti sekarang," kata Rini.
Dalam arahannya pada rapat tersebut, Rini menekankan kepada direksi dan komisaris untuk terus merealisaskan program pembangunan infrastruktur pemerintah. Namun, fokus infrastruktur yang dibangun tak hanya di sektor konektivitas, tetapi juga pada infrastruktur telekomunikasi dan kelistrikan guna menghadapi revolusi industri 4.0.
Dengan terbangunnya infrastruktur, Rini juga yakin hal itu dapat mendatangkan lebih banyak investor untuk menginvestasikan teknologinya di Indonesia. "Infrastruktur harus disiapkan, tidak ada investor mau membawa modalnya berupa teknologi kalau listrik tidak siap, jalan tidak jelas, pelabuhan tidak siap. Ini semua kita siapkan," kata Rini.
Rini juga menegaskan, dengan capaian selama empat tahun dan masa datang, kinerja BUMN bisa lebih baik lagi karena kompetisi antarperusahaan yang semakin ketat. Salah satu caranya menghadapinya yakni dengan meningkatkan sinergi antar-BUMN, terutama pembentukan induk usaha (holding).
(Baca: BUMN akan Bentuk Joint Venture Investment Fund dengan Macquire Group)
Dengan pembentukan holding, dia juga yakin perusahaan pelat merah akan lebih efisien dan akan membuat keuangan masing-masing BUMN semakin kuat dengan cara memotong berbagai duplikasi yang sekarang terjadi. Seperti, BUMN Karya yang masing-masing memiliki anak usaha di bidang properti.
Untuk itu, Rini mengisyaratkan akan merampingkan struktur anak usaha BUMN Karya yang bergerak di bidang yang sama. Namun, dia tidak menjelaskan secara detail mengenai skema yang digunakan, apakah akan berupa merger ataupun hanya berada di bawah BUMN yang sama. "Kalau sudah ada holdingisasi karya, ini pun akan menjadi lebih baik dan lebih ramping," kata Rini.
Berdasarkan prognosa Kementerian BUMN, sejak 2015 laba bersih BUMN secara total tumbuh 25,3% hingga 2018. Pada 2015, laba bersih BUMN hanya tercatat sebesar Rp 150 triliun. Sedangkan dari segi pendapatan BUMN, sejak 2015 dengan capaian Rp 1.699 triliun hingga 2018 dengan prognosa Rp 2.339 triliun, maka pendapata BUMN diperkirakan tumbuh 37,6%.
Beberapa BUMN telah melaporkan kinerja keuangannya tahun lalu. Di sektor perbankan misalnya, Bank Mandiri mencatatkan laba bersih senilai Rp 25 triliun, Bank Negara Indonesia (BNI) Rp 15 triliun, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Rp 32,3 triliun. Di sektor lainnya, Perusahaan Gas Negara (PGN) tahun lalu mencetak laba bersih senilai US$ 305 juta dan Waskita Karya mencetak laba bersih Rp 3,96 triliun.