PT Sarinah (Persero) menggandeng PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. dan PT PP (Persero) Tbk. untuk membentuk perusahaan patungan untuk mengerjakan proyek pembangunan dan pengembangan komplek komersial yang berlokasi di lahan seluas 1,7 hektare milik Sarinah di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta.
Direktur Utama Sarinah Gusti Ngurah Putu Sugiarta Yasa berharap dapat menjadikan daerah tersebut kembali menjadi kebanggaan Indonesia. "Kami ingin mengulang lagi kebanggan itu, sebagaimana orang datang ke Jakarta harus datang ke Sarinah," kata Sugiarta di Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta, Jumat (8/2).
Rencananya, di lahan milik Sarinah tersebut akan dibangun dua gedung komersial dengan masing-masing gedung memiliki 41 lantai dan 3 basement. Sugiarta mengatakan, gedung-gedung tersebut akan digunakan untuk keperluan pusat perbelanjaan dan keperluan sewa kantor. Namun tidak menutup kemungkinan untuk dibangun apartment jika lahannya masih ada.
(Baca: Gandeng Mitra Lokal, Sarinah Akan Kembangkan Gerai di Arab Saudi)
Ketiga perusahaan pelat merah tersebut menargetkan bakal melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) pada bulan depan. Waktu pengerjaannya diperkirakan akan selama 16 bulan untuk satu gedung sedangkan untuk keseluruhan kawasan totalnya memakan waktu 30 bulan. "Sinergi BUMN karena sesuai arahan dari pak Deputi BUMN, Sarinah itu perusahaan ritel, yang memiliki kompetensi di bidang properti tentu bumn karya lah, kita kerjasama dengan Wika dan PP," ujar Sugiarta.
Proyek ini bernilai Rp 1,8 triliun. Untuk pendanaannya, 70% akan didapatkan dari pinjaman perbankan pelat merah. Sedangkan pendanaan sisanya berasal dari kas internal Sarinah. Ada pun, perusahaan patungan hasil bentukan Sarinah dengan dua BUMN karya ini sebesar 55% kepemilikannya ada di Sarinah. Sedangkan 45% sisanya akan dibagi rata antara Wijaya Karya dan PP.
Jika proyek ini telah selesai, Sugiarta mengatakan aset Sarinah akan melonjak hingga empat kali lipat dari posisinya saat ini. Per Desember 2018, Sarinah memiliki total aset senilai Rp 400 miliar. Dengan demikian, ketika proyek ini selesai seluruhnya, aset Sarinah akan lompat menjadi Rp 1,6 triliun.
Sarinah merupakan BUMN yang bergerak di bisnis toko-toko ritel, properti, dan juga jasa keuangan berupa penukaran valuta asing. Namun, saat ini bisnis ritel Sarinah tidak dapat menyumbang banyak terhadap kinerja perusahaan. Sugiarta mengungkapkan, yang menyumbang paling banyak terhadap pendapatan usaha Sarinah berasal dari bisnis penukaran valuta asing.
(Baca: Konsultan Properti Sebut Bisnis Retail Tumbuh Ditopang Mal Baru)
Pada acara penandatanganan nota kesepahaman tiga BUMN tersebut, Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat Abdullah mengatakan bahwa Sarinah merupakan perusahaan ritel. oleh karena itu pengembangan kawasan milik Sarinah ini diharapkan mampu menjadi ujung tombang bisnis mereka.
Edwin menilai peran bisnis ritel Sarinah sangat penting ke depan bagi perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. "Perkembanganya harus digenjot. Tidak hanya harus laku saja, tapi harus mengangkat Indonesia dan UMKM dalam negeri juga," kata Edwin.
Edwin mengakui, saat ini tantangan bagi bisnis toko-toko ritel memang berat seiring disrupsi digital dengan masuknya market place ke dalam peta persaingan ritel. Tidak hanya Sarinah, efeknya juga dirasakan oleh pusat-pusat perbelanjaan lainnya di Indonesia yang semakin sepi pengunjung. Untuk itu bisnis ritel Sarinah harus berbeda dengan cara menggandeng UMKM agar bernuansa Indonesia.
(Baca: Retail Minimarket Masih Tumbuh 1000 Gerai Tiap Tahun)