PT BISI Internasional Tbk (BISI) pangkas alokasi belanja modal (capital expenditure) sepanjang tahun ini menjadi Rp 105 miliar dari realisasi tahun lalu sebesar Rp 210 miliar. Menurut direksi perusahaan, sebagian besar dana tersebut akan digunakan untuk membuka lahan baru.
“Sebesar 75% akan kami gunakan untuk pembukaan lahan baru, 10% peningkatan kapasitas laboratorium bioteknologi dan 15% untuk perawatan,” kata Direktur Utama BISI Jemmy Eka Putra dalam paparan publik di Jakarta, Senin (28/5).
Selain ekspansi lahan, Jemmy menuturkan tahun ini perusahaan juga akan berfokus pada peningkatan produksi benih jagung. Hal itu dilakukan seiring dengan diselesaikannya pembelian aset pabrik pengolahan benih milik PT Branita Sandhini (BS) senilai Rp 163 miliar di tahun lalu.
Dengan pabrik baru tersebut, perusahaan menargetkan memperoleh tambahan kapasitas produksi sebanyak 13.500 ton tahun ini. Adapun secara keseluruhan, BISI International menargetkan penjualan benih jagung sebesar 26.673 ton.
(Baca : Harga dan Mutu, Alasan Pelaku Industri Memilih Jagung Impor)
Penjualan jagung saat ini berkontribusi sebesar 55% dari keseluruhan pendapatan BISI. Sementara 37% berasal dari penjualan benih hortikultura, dan sisanya untuk pestisida dan produk agrikultural lainnya.
Pada tahun ini , perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 20% menjadi Rp 2,77 triliun dari realisasi pendapatan tahun lalu sebesar Rp 2,31 triliun. Target itu diharapkan tercapai seiring dengan bertambahnya varietas baru milik perusahaan.
BISI International merupakan produsen bibit hibrida terbesar di lndonesia untuk tanaman jagung, padi dan holtikultura, serta produsen pestisida dan distributor pupuk. Perusahaan saat ini tercatat menguasai 49,5% terhadap total pangsa pasar benih jagung induk.
(Baca juga : Kementan Keberatan Kemendag Izinkan Impor Jagung Dekat Masa Panen)