Salip Indomie, Meikarta dan Traveloka Pemasang Iklan Terbesar 2017

Arief Kamaludin|KATADATA
Iklan Meikarta menjadi salah satu pendorong utama peningkatan pertumbuhan belanja iklan properti tahun lalu.
Penulis: Ekarina
1/2/2018, 20.41 WIB

Belanja iklan sektor properti tumbuh siginifikan sepanjang tahun lalu sebesar 62%. Pertumbuhan sektor ini melampaui belanja iklan sektor telekomunikasi dan digital yang tercatat 30% serta belanja iklan rokok yang justru minus 17% pada kategori belanja iklan sektor non fast moving consumer goods (fmcg).

Menurut data lembaga survei Nielsen Indoenesia, belanja iklan sektor properti sepanjang tahun lalu tercatat sebesar Rp 4,1 triliun. Mayoritas pertumbuhan belanja iklan sektor ini terdorong dari iklan Meikarta, yaitu megaproyek properti milik konglomerasi Lippo Group.

Nielsen mencatat, Lippo Group telah menggelontorkan dana Rp 1,5 triliun untuk iklan Meikarta pada Agustus dan September 2017. Adapun sebanyak 58% dari total belanja iklan Meikarta di 2017 dialokasikan untuk media cetak. “Meikarta menjadi pendorong utama pertumbuhan belanja iklan properti di 2017,” kata Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia, Hellen Katherina di Jakarta (1/2).

Selain Meikarta, berdasarkan kategori produk komersial, Traveloka mencatat belanja iklan terbesar kedua dengan nominal sebesar Rp 1,2 triliun, diikuti belanja iklan Indomie di urutan ketiga dengan nominal sebesar Rp 981,5 miliar.

Sementara secara keseluran, total belanja iklan pada 2017 tercatat Rp 145,5 triliun, tumbuh 8% dari 2016 sebesar Rp 134,8 triliun. Hellen menuturkan, televisi mendapat porsi terbesar dari total belanja iklan nasional di tahun lalu dengan persentase sekitar 80% atau sekitar Rp 115,8 triliun, diikuti iklan koran sebesar Rp 28,5 triliun serta iklan majalah sebesar Rp 1,1 triliun.

Meski demikian Hellen mencatat, besarnya nilai iklan bukan terjadi sejalan dengan banyaknya jumlah spot iklan, melainkan karena naiknya tarif iklan di media cetak dan televisi masing-masing sebesar 3% hingga 9%. “Sementara itu jumlah spot iklan justru berkurang 2%,” jelas Hellen.

Adapun penghitungan serta survei yang Nielsen Indonesia dilakukan kepada 15 saluran televisi, 99 koran, serta 120 majalah dan tabloid.