Survei: Milenial Pilih Pelesir, Beli Gawai & Mobil Ketimbang Properti

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
20/12/2017, 21.02 WIB

Generasi milenial diprediksi akan menjadi kelompok terbesar pembeli properti di Indonesia hingga 10 tahun ke depan. Generasi dengan rentang usia 23-37 tahun tersebut merupakan 70% dari usia produktif di negeri ini.

Sayangnya hingga saat ini, generasi milenial dianggap masih belum memprioritaskan pembelian properti dalam belanja mereka. Milenial menganggap penghasilannya belum mencukupi untuk membeli properti, dan memilih membelanjakannya untuk kebutuhan tersier, seperti pelesiran.

Hal ini diketahui berdasarkan riset yang dirilis Rumah123. Rata-rata generasi milenial justru memprioritaskan belanja mereka untuk membeli gawai dan komputer (25,99%) ataupun berpelesir (22,60%).

"Gaya hidup berupa gawai dan berpelesir masih jadi distraksi utama pembelian properti generasi milenial," kata Country Manager Rumah123 Ignatius Untung di kantornya, Jakarta, Rabu (20/12).  (Baca: Masyarakat Kelas Menengah Berhemat, Penjualan Rumah Melambat)

Ignatius juga memaparkan bahwa generasi milenial diduga tidak berani memimpikan properti meski pendapatannya telah naik signifikan. Berdasarkan rentang pendapatan Rp 3 juta - Rp 4,99 juta, berpelesir masih menjadi prioritas utama mereka (26%) disusul pembelian gawai dan komputer (25 kali). Adapun, prioritas pembelian properti menempati posisi ketiga setelahnya (21 kali).

Pada rentang pendapatan Rp 5 juta - Rp 7,99 juta, prioritas utama generasi milenial tetap didominasi oleh pembelian gawai dan komputer (18 kali) serta berplesir (17 kali). Sementara, prioritas untuk pembelian properti turun (8 kali). Posisinya digantikan dengan prioritas pembelian mobil (15 kali).

Angka prioritas pembelian properti tetap stagnan pada rentang pendapatan Rp 8 juta - Rp 14,99 juta. Adapun, posisi utama masih ditempati dengan prioritas pembelian gawai dan komputer (11 kali). "Diduga responden tidak berani memimpikan properti sampai penghasilannya mulai signifikan," kata Untung.

(Baca: Digitalisasi Layanan, BTN Targetkan Penyaluran 700 Ribu Rumah KPR)

Menurut dia, milenial seharusnya tak menunda pembelian properti karena takut penghasilannya tak mencukupi. Justru, kata Untung, pembelian properti dapat menaikkan daya beli mereka.

Sebab pembelian properti dinilai dapat membantu mengontrol pengeluaran pokok dan memberi ruang untuk pengeluaran tambahan. Pembelian properti menurutnya hanya akan menurunkan daya beli mereka pada tiga tahun pertama.

"Mereka yang tidak punya rumah, pengeluarannya malah naik meski pendapatannya naik," kata Untung.

Untung juga menilai semakin menunda pembelian, milenial justru semakin kesulitan mendapatkan properti. Menurut Untung, hal ini disebabkan karena harga properti terus naik setiap tahunnya.

Untung mengatakan, jika menunda pembelian properti, generasi milenial harus bersiap kehilangan 4%-8% ukuran properti yang bisa dibelinya setiap tahun. Pada 20 tahun ke depan, Untung bahkan menilai jika milenial dapat kehilangan 67% dari ukurang yang dapat dibelinya saat ini.

"Kalau harga rumah naik lebih cepat, lebih seram lagi. Semakin ditunda semakin dapatnya lebih kecil," kata Untung.

(Baca: Survei HSBC: Generasi Millenial Ingin Pensiun Di Usia Lebih Muda)