Peti Mati dari Kertas Daur Ulang Tembus Pasar Inggris

Koperasi Apikri
Peti mati berbahan enceng gondok buatan Koperasi Apikri di Yogyakarta.
Penulis: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
12/10/2017, 12.26 WIB

Pelaku usaha harus berinovasi untuk membuat produk yang bernilai tambah. Asal jeli, bahan bambu, enceng gondok, hingga kertas daur ulang pun bisa disulap menjadi peti mati yang laku dijual hingga ke Inggris.

Pembuatnya adalah Koperasi Asosiasi Pengembangan Kerajinan Republik Indonesia (Apikri) yang berada di Yogyakarta. “Dulu kami harus mencari pasar ke Eropa, mencari permintaan pembeli,” kata Anggota Pemasaran Koperasi Apikri, Widodo kepada Katadata di Trade  Expo Indonesia di Jakarta, Rabu (11/10).

Widodo menyebut, peti mati dengan desain unik yang dibuat oleh koperasinya justru kurang diminati di Indonesia. Sebab, pada masyarakat yang mayoritas muslim, prosesi pemakaman memang tidak memerlukan peti mati.

Menurut Widodo, pemesan peti mati buatan Apikri banyak yang berasal dari Inggris atau negara Eropa lain. Selain karena alasan budaya, masyarakat di Benua Biru dinilainya lebih menghargai seni dan mau membayarnya dengan harga yang cukup tinggi. “Harganya Rp 2,7 juta untuk tiap peti,” ujarnya.

Widodo menyebut, koperasinya pertama kali menerima order peti mati dari Inggris sekitar 10 tahun lalu. Kini, perajin koperasi yang berada di Imogiri, Yogyakarta ini bisa mengekspor sekitar 100 peti per bulan untuk dikirim ke Eropa.

Masalahnya adalah modal. Pinjaman dari Eximbank baru didapat sekitar tiga bulan lalu. Sejak itu lah Koperasi Apikri bisa berinovasi dengan menggunakan lebih banyak bahan ramah lingkungan, hal ini pula yang ditonjolkan dalam kegiatan promosinya.

Halaman:
Reporter: Michael Reily