Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menggenjot PT PAL (Persero) agar dapat memasok seluruh kebutuhan armada TNI Angkatan Laut pada 2018. Target ini diharapkan meningkatkan kinerja perusahaan, yang saat ini hanya memproduksi 10-15 persen dari kapasitas pabrik.
"Kami mau tahun depan sudah maksimum ya (kapasitas produksinya). Direktur Utama PT PAl yang baru, Pak Budiman, cukup kompeten ya," ujar Luhut saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, jakarta, Kamis (13/7).
Luhut mengatakan teknologi yang dimiliki PT PAL mendukung proses produksi pembuatan kapal, baik untuk TNI AL ataupun konsumen lainnya. Adapun beberapa teknologi yang belum dimiliki PT PAL, kata Luhut, bukan masalah yang menghalangi perusahaan untuk menerima pesanan kapal-kapal khusus. "Pembuatan kapal dengan teknologi khusus ini bisa saja kerja sama dengan pihak luar negeri," kata dia.
Direktur Utama PT PAL Budiman Saleh mengatakan perseroan masih dalam proses restrukturisasi dari sisi keuangan dan strategi pasar. "Kami akan berorientasi pada pembangunan kapal militer dan non-militer," ujar Budiman.
(Baca: Rini Copot Dirut PT PAL Akibat Tersangkut Kasus Suap)
Perusahaan pelat merah tersebut terus mengincar pasar negara-negara di wilayah Asia dan Afrika. Saat ini perseroan tengah memproses pesanan kapal perang dari Malaysia dan Filipina.
Malaysia memesan kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) atau Multi Role Support Ship (MRSS) sepanjang 163 meter. Kapal itu memiliki kapasitas yang dapat memuat tiga helikopter di atas deck dan dua di dalam hanggar.
"Ini yang sedang kami kejar karena baru dimulai pekerjaan penetrasi pasarnya. Tentunya, dalam waktu paling cepat tahun 2018 sudah terjadi kontrak," kata Budiman.
Budiman mengatakan Filipina juga sedang dalam proses pemesanan dua unit Strategic Sealift Vessel (SSV) Hospital Ship dan dua Kapal Cepat Rudal KCR-60. Sebelumya Filipina sudah memesan kapal perang dengan tipe Strategic Sealift Vessel (SSV) sebanyak dua unit senilai US$ 86,96 juta pada 2014. Belakangan, KPK membongkar indikasi suap senilai Rp 14,4 miliar ke direksi PT PAL dalam penjualan kapal ini.
(Baca: KPK Tetapkan Dirut PT PAL Tersangka Kasus Suap Proyek Kapal)
Adapun untuk kawasan Afrika, kata Budiman, Senegal berencana untuk memesan satu kapal tipe LPD, dua tipe KCR 45m, dan KCR 60 m. Minat yang sama juga disampaikan oleh negara Gabon yang berencana memesan dua kapal tipe KCR 60m.
Budi menjelaskan yang sedang dalam tahap akhir pemesanan datang perusahaan Turki yakni Karpowership. Perusahaan Turki memesan empat kapal pembangkit listrik dengan nilai US$ 320 juta. Pesanan empat kapal ini merupakan tahap pertama yang dapat digunakan untuk PT PLN (Persero) dan juga pihak swasta. Pengerjaannya memerlukan waktu 7-8 bulan, dengan kapasitas 36 MW sampai 80 MW.