Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan PT Semen Indonesia Tbk merombak Dewan Komisaris dan Direksi. Salah satu yang menarik adalah penunjukan Sutiyoso menjadi Komisaris Utama perusahaan tersebut.
Direktur Utama Semen Indonesia Rizkan Chandra mengatakan, Sutiyoso merupakan pilihan pemegang saham yang mayoritas dipegang oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Iya, Pak Sutiyoso yang itu (mantan Kepala BIN)," ujar dia usai RUPS di Jakarta, Jumat (31/3).
(Baca: Dilarang MA, Pabrik Semen Rembang Dipasok dari Tambang Rakyat)
Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah itu menggantikan Mahendra Siregar yang sudah menempati posisi Komisaris Utama Semen Indonesia sejak 26 Juni 2016. Sementara karier terakhir Sutiyoso adalah Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) sejak 8 Juli 2015 hingga 9 September 2016.
Selain itu, pemegang saham Semen Indonesia mencopot Marwanto Harjowiryono dan Muchammad Zaidun dari posisi komisaris. Sebagai gantinya adalah Astera Primanto Bhakti dan Nasaruddin Umar selaku Komisaris Independen.
Jadi, Dewan komisaris yang baru terdiri dari Sutiyoso sebagai Komisaris Utama, dan komisaris lainnya yaitu Hambra, Sony Subrata, dan Astera Primanto Bhakti. Sedangkan Komisaris Independen adalah Wahyu Hidayat, Djamari Chaniago dan Nasaruddin Umar.
RUPS juga merotasi beberapa direksi dan mengubah nomenklatur, kecuali Direktur Utama dan Direktur Keuangan Darmawan Junaidi. Sementara Ahyanizzaman menempati Direktur Pemasaran dan Supply Chain dan Aunur Rosyidi menjabat Direktur Engineering dan Proyek. Direktur SDM dan Hukum ditempati oleh Agung Yunanto.
Sebelumnya, Direktur Pemasaran dan Supply Chain dijabat Aunur Rosyidi, Direktur Enjiniring dan Proyek Gator Kustyadji dan Direktur SDM dan Hukum dipegang oleh Ahyanizzaman. (Baca: Ambisi Semen Satu Harga)
Adapun untuk pergantian nomenklatur terjadi pada Direktur Produksi dan Strategi Bisnis yang dulunya bernama Direktur Produksi dan Litbang. Posisi ini masih dijabat oleh Johan Samudra.
Pergantian lainnya adalah Direktur Pengembangan Usaha dan Litbang yang dijabat Budi Siswoyo. Sebelumya, posisi ini adalah Direktur Pengembangan Usaha dan Strategi Bisnis.
Di sisi lain, Semen Indonesia tengah menghadapi aksi penolakan pembangunan pabrik semen dan penambangan dari petani Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah. Mereka mengecor kakinya di depan Istana Merdeka, Jakarta, sebagai bentuk penolakan aktivitas penambangan Semen Indonesia di kawasan karst Pegunungan Kendeng yang seharusnya dilindungi.
Namun, menurut Rizkan, pembangunan pabrik dan pertambangannya berada di wilayah zona Rembang, bukan di zona Kendeng. Alhasil, dia mengklaim, wilayah pembangunan pabrik serta tambang Semen Indonesia ini bukan termasuk daerah yang harus dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 2641K/40/MEM/2014 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst Sukolilo. "Terlebih pabrik semen kami tidak berada di sungai bawah tanah maupun mata air."
Rizkan mengaku, seluruh izin juga sudah dikantongi Semen Indonesia, termasuk izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dan Izin Usaha Pertambangan (IUP). Bahkan, proses pembangunan pabrik semen di Rembang saat ini sudah mencapai 99 persen.
Meski begitu, Rizkan mengaku, Semen Indonesia belum sekali pun melakukan penambangan di wilayah tersebut. Uji coba pabrik sebelumnya menggunakan bahan baku dari Tuban.
Pabrik tersebut direncanakan bisa beroperasi secara komersial pada semester I tahun ini. Namun, untuk penambangannya, manajemen Semen Indonesia masih menunggu Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (Baca: Musibah di Balik Aksi Petani Kendeng Menolak Pabrik Semen)
Rizkan optimistis kelanjutan operasi pabrik semen Rembang ini. Namun, manajemen Semen Indonesia akan mematuhi semua peraturan yang dikeluarkan pemerintah dengan kajian yang tepat. "Kami selalu berpikir positif. Karena sejauh ini masih uji coba, masih belum ada kerugian secara finansial," ujar dia.