Dampak Corona, Kadin Prediksi Bisnis Perhotelan Baru Pulih Pada 2023

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.
Praktik jaga jarak fisik di Hotel Santika, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/6/2020). Kadin memprediksi sektor perhotelan baru akan pulih tahun 2023 mendatang.
18/6/2020, 18.59 WIB

Perhotelan menjadi salah satu sektor yang terkena dampak langsung dari pandemi virus corona covid-19. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan, industri ini baru akan pulih sepenuhnya pada tahun 2023.

Wakil Ketua Umum Bidang CSR dan Persaingan Usaha Kadin Indonesia Suryani Motik mengatakan sektor perhotelan memerlukan waktu yang lama untuk kembali normal. Apalagi operator hotel baru memulai proses pemulihan okupansi pada 2021 hingga 2022.

"Mungkin tiga tahun kemudian baru mulai kondisi baik. Itu juga mungkin baru 50% okupansinya," kata dia dalam sebuah webinar, Kamis (18/6).

(Baca: 7 Sektor Usaha Lesu, Kadin: 6,4 Juta Tenaga Kerja Terdampak Covid-19)

Suryani juga mengatakan proses pemulihan tersebut berpotensi memiliki dampak kepada kesejahteraan pekerja. Berdasarkan catatan Kadin, hingga Juni 2020, sektor perhotelan tercatat telah merumahkan atau PHK karyawan sebanyak 430 ribu orang.

Hal itu terjadi seiring dengan tingkat okupansi perhotelan yang sangat rendah sebesar 10% selama pandemi corona. Terlebih lagi, pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sebelumnya melaporkan lebih dari 2.000 penginapan tutup. 

Suryani meyakini, masih banyak masalah di sektor perhotelan karena dampak Covid-19. Apalagi jumlah pekerja terkait industri ini ini bisa mencapai 15 juta orang. "Berapa banyak lagi karyawan yang akan dirumahkan?," ujar Suryani.

Sebelumnya, Chairman Indonesia General Manager Hotel Association Wita Jacob menilai pemulihan sektor pariwisata seperti Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) sulit terjadi dalam waktu dekat. Dia mengacu kondisi Singapura dalam menangani pemulihan bisnis di tengah pandemi corona. 

Menurut Wita, Singapura sudah sejak Desember 2019 berupaya menangani virus corona. Kendati demikian, negara itu masih juga belum bisa mengendalikan virus sehingga membatasi pergerakan perjalanan di negaranya. "Sampai sekarang mereka masih ketat dengan restriction airlines," kata Wita, beberapa waktu yang lalu.

Sementara di dalam negeri, Indonesia yang baru menghadapi corona mulai Maret 2020 lalu. Artinya, pemerintah baru empat bulan menangani penularan virus tersebut.

(Baca: Salip Singapura, Jumlah Kasus Corona RI Tertinggi di Asia Tenggara)

Reporter: Rizky Alika