Tambah Kepemilikan Saham, Pemilik Bayan Resources Gelontorkan Rp 40 M

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
Ilustrasi, aktivitas pertambangan batu bara.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
20/7/2020, 14.34 WIB

Pemegang saham mayoritas sekaligus Direktur Utama PT Bayan Resources Tbk Low Tuck Kwong, terus menambah kepemilikan sejak akhir Juni 2020. Nilai investasi yang sudah ia keluarkan mencapai Rp 40,75 miliar.

Melalui surat yang diunggah melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Low Tuck Kwong pertama kali menambah kepemilikan saham pada 23 dan 24 Juni 2020. Saat itu, total saham yang dibeli sebanyak 1.000 unit saham seharga Rp 14.412,5 per saham. Artinya nilai transaksi pada saat itu mencapai Rp 14,41 juta.

Pada 26 Juni 2020, orang kaya nomor 28 di Indonesia versi Forbes ini pun menambah porsi kepemilikan sahamnya sebanyak 4.400 unit saham di harga Rp 12.603,98 per saham. Sehingga, total nilai transaksinya mencapai Rp 55,45 juta.

Memasuki awal Juli 2020, Low Tuck Kwong kembali menambah kepemilikan saham emiten batu bara ini, yakni pada 3, 6, 7, dan 8 Juli 2020. Selama empat hari berturut-turut, ia membeli sebanyak 8.600 unit saham di harga Rp 13.289,53 per saham. Sehingga, nilai transaksinya mencapai Rp 114,28 juta pada periode pembelian ini.

Ia kembali melakukan pembelian saham Bayan Resources pada 10, 13, 14, dan 15 Juli 2020. Kali ini, jumlah saham yang dibeli mencapai 3,17 juta unit saham di harga Rp 12.799,47 per saham. Sehingga, nilai transaksinya mencapai Rp 40,57 miliar.

Dalam keterbukaan informasi tersebut dijelaskan bahwa tujuan dari beberapa kali transaksi ini untuk investasi. Dari hasil pembelian tersebut, Low Tuck Kwong saat ini tercatat memiliki 1,79 miliar unit saham Bayan Resources atau setara dengan 53,96%.

Meski begitu, saham Bayan Resources selama periode transaksi Low Tuck Kwong mengalami koreksi. Saham berkode emiten BYAN tersebut, berada di harga Rp 11.825 per saham pada penutupan perdagangan 15 Juli, yang artinya turun 5,58% dibandingkan pada penutupan perdagangan 22 Juni di harga Rp 12.525 per saham.

Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, Bayan Resources pun mengaku bahwa bisnisnya terganggu pada penghentian operasional sebagian. Beberapa entitas anak perusahaan dilaporkan menghentikan sementara operasional produksinya, yaitu PT Bara Tabang, PT Fajar Sakti Prima, dan PT Indonesia Pratama yang ketiganya berlokasi di Tabang site Kalimantan Timur.

Penghentian operasional tersebut berkontribusi terhadap 51-75% total pendapatan Bayan Resources sepanjang 2019 lalu. Sehingga, perusahaan diperkirakan mengalami penurunan laba bersih sekitar 51-75% pada periode Maret-April 2020 secara year on year.

Sejauh ini, Bayan Resources masih beroperasi dengan pembatasan, yaitu menerapkan protokol penghindaran penyebaran virus Covid-19 di lingkungan kerja. Namun, turunnya permintaan ekspor dan domestik, serta jatuhnya harga komoditas telah mempengaruhi kinerja perusahaan

"Oleh karena itu, perusahaan harus lebih berhati-hati dalam mengelola arus kas perusahaan, dan berupaya keras agar paling tidak bisa bertahan (survive). Serta sedapat mungkin tidak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap para karyawan," kata manajemen Bayan Resources dalam keterbukaan informasi.

Dengan outlook pada kuartal II 2020 yang kurang menggembirakan, dan kemungkinan kondisi belum pulih kembali pada sisa tahun ini, maka perusahaan menjalankan beberapa strategi dalam setiap aspek kegiatan operasional.

Strategi yang dijalankan antara lain, menyesuaikan target produksi, mencari market pembeli yang potensial, dan melakukan penghematan pengeluaran yang bukan prioritas.

Kemudian, untuk mencegah penyebaran Covid-19 di internal perusahaan, manajemen Bayan Resources rutin menjalankan prosedur keamanan, dan keselamatan kerja dengan mengadakan tes cepat (rapid test).

Reporter: Ihya Ulum Aldin