Negara Islam Irak-Syuriah atau Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), yang sekarang kerap disebut Islamic State (IS) dikabarkan menyatakan bertanggungjawab atas serangan bom di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu malam lalu (24/5). Dua bom yang meledak ini menewaskan tiga polisi dan melukai 12 orang.
“Eksekutor serangan terhadap kumpulan polisi di Jakarta itu merupakan gerilyawan Negara Islam,” kata kantor berita kelompok tersebut, Amaq, seperti dilansir Reuters, Kamis (25/5). (Baca: Minta Kapolri Usut Bom Kampung Melayu, Jokowi: Ini Sudah Keterlaluan)
Kepolisian juga menyebut dua tersangka yang melakukan aksi bom bunuh diri di terminal bus Kampung Melayu paada Rabu malam (24/5) memiliki hubungan dengan ISIS. Juru bicara Mabes Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto menyebut keduanya menggunakan bom berdaya ledak rendah.
Bom tersebut serupa dengan yang digunakan saat serangan di Bandung pada Februari lalu. Serangan ini pun berkaitan dengan ISIS.
Bom pertama di Kampung Melayu diledakkan di luar toilet umum. Sementara itu yang kedua, meledak di dekat terminal bus, yang berjarak 10 meter dari lokasi ledakan pertama.
Dikutip dari Reuters, kepolisian menemukan nota transaksi tertanggal 22 Mei 2017 dari sebuah toko di Padalarang, Jawa Barat, untuk pembelian sebuah panci presto, piring aluminium, paku, bantalan peluru, kabel pengalih, serta bahan-bahan lainnya untuk membuat bom.
Pada Kamis (25/5), seorang sumber di kepolisian yang dikutip The Straits Times menyatakan, pelaku pengeboman di Kampung Melayu itu juga memiliki hubungan dengan kelompok ekstremis di Poso, Sulawesi Tengah. (Baca: IHSG Naik, Investor Saham Tak Khawatir Bom Kampung Melayu)
Sumber ini pun menyebutkan dua nama tersangka. Pertama Solihin, seorang staf administrasi sekolah asrama Islam di Poso bernama Darul Anshor. Kedua, Ichwan Nurul Salam, seorang pria berusia 34 tahun dari Bandung. Polisi masih melakukan verifikasi terhadap informasi mengenai para tersangka.
Sementara itu, para penyelidik antiterorisme berusaha menemukan keterkaitan antara pelaku dengan kelompok militan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang beroperasi di luar Poso. MIT disebut-sebut berada di balik sejumlah serangan teror di Indonesia sejak 2012.
Pemimpin MIT, Santoso yang juga dikenal sebagai Abu Wardah, bersama seorang anggota kelompok tersebut, tewas dalam baku tembak tahun lalu. Santoso dan rekan-rekannya di MIT telah berbaiat kepada ISIS.