Maluku Menanti Investor untuk Perkuat Posisi Lumbung Ikan Nasional

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Nelayan melakukan bongkar muat hasil tangkapan laut di Pelabuhan Tulehu, Ambon, Maluku, Minggu (8/11/2020). Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan peningkatan ekspor perikanan sebesar USD 1,5 miliar pada 2024.
Penulis: Maesaroh
8/9/2021, 18.46 WIB

Pemerintah pusat telah menginisiasi Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN) pada awal tahun lalu. Namun, Pemerintah daerah Maluku mengaku masih membutuhkan banyak investasi untuk mewujudkan diri sebagai Lumbung Ikan Nasional seperti yang diharapkan.

Sebagai bagian dari upaya perwujudan Lumbung Ikan Nasional, pemerintah akan membangun Ambon New Port. Pelabuhan baru tersebut tidak hanya akan menjadi hub ekspor bagi wilayah timur Indonesia tetapi juga mengintegrasikan industri perikanan di wilayah tersebut.

Provinsi Maluku sebenarnya kini sudah membangun 13 pelabuhan perikanan. Rinciannya adalah tiga unit pelabuhan nasional, tujuh unit pelabuhan pangkalan pendaratan ikan, dan tiga unitnya pelabuhan perikanan pantai.

 "Masih banyak potensi yang digarap sektor swasta karena kita masih banyak kekurangan infrastruktur. Untuk mendukung Ambon New Port dan proyek strategis nasional lumbung ikan, kita tawarkan peluang investasinya," tutur Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Maluku Suryadi Sabirin, dalam acara Indonesia Investmen Webinar Forum (IIWF), Rabu (8/9).

Salah satu investasi yang bisa digarap pihak swasta adalah armada tangkap. Tidak hanya investor dalam negeri, pemerintah Maluku juga berharap ada investor asing yang menanamkan modal ke armada tangkap di wilayah itu.
"Kita butuh tambahan kapal ekspor kita yang berkapasitas 5 ribu GT sebanyak 30 unit. Jadi, pelabuhan akan eksis kalau ada kapal tersebut," tambahnya.

PENINJAUAN PEMBANGUNAN KAWASAN PELABUHAN TERPADU DI AMBON (ANTARA FOTO/Atika Fauziyyah/aww.)



Memiliki posisi strategis di perbatasan Timor Leste, Australia, dan Papua Nugini, Maluku mempunyai potensi perikanan yang sangat besar.  Potensi hasil tangkapan perikanan di provinsi tersebut mencapai 4,7 juta ton per tahun, atau 37% dari total nasional. Potensi  terbesar adalah ikan pelagis termasuk di dalamnya ikan tuna, tongkol, cakalang, teri, dan kembung.

Sabirin menambahkan potensi ikan yang boleh ditangkap di Maluku mencapai 4,7 juta per tahun. Dari jumlah sebanyak itu hanya 543 ribu yang baru bisa ditangkap. Dengan adanya Ambon New Port,  maka hasil tangkapan diharapkan naik menjadi 750 ribu per tahun.

Selain ikan tangkapan, di Maluku terdapat 183 ribu hektar yang berpotensi untuk budi daya perikanan. Sayangnya, hanya tujuh ribu hektar yang bisa dimanfaatkan.

"Jadi masih cukup potensi ini digarap, juga untuk pelaku usaha asing nantinya," tuturnya.

Aries Wibowo, Kepala Subdirektorat Tatanan dan Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Direktorat Kepelabuhanan Kementerian Perhubungan, mengatakan pemerintah kini dalam tahap evaluasi untuk memasukkan Ambon New Port sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).  Ambon memiliki posisi yang strategis untuk mendukung logistik dan menjadi pusat pengembangan pelabuhan di Papua hingga Nusa Tenggara Timur.

"Latar belakang pengembangan pelabuhan Ambon adalah adanya potensi yang luar biasa dari industri perikanan di Ambon. Sebagian besar menjadi ekspor. Kesulitannya adalah pelabuhan Ambon ini berada di tengah kota, sehingga agak sulit pengembangannya," tutur Aries.

Kementerian Perhubungan telah menyusun desain terkait dengan fasilitas sisi laut yang akan dibangun di New Ambon Port. Pelabuhan kargo juga telah didesain untuk jangka waktu 50 tahun yang bisa menampun kapal-kapal bermuatan 40 ribu DWT.
Pembangunan  Ambon New Port merupakan bagian dari rencana strategis untuk menjadikan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional. Rencananya pelabuhan tersebut akan mengintegrasikan perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan perikanan industri.

(Akbar Malik Adi Nugraha)