Gunung Ile Lewotolok di NTT Meletus, Wings Air Batalkan Penerbangan

ANTARA/HO-Humas Bandara El Tari Kupang
Pesawat Wings Air yang sedang parkir di Bandara El Tari Kupang beberapa waktu lalu. ANTARA/HO-Humas Bandara El Tari Kupang
Penulis: Maesaroh
6/10/2021, 10.56 WIB

Wings Air membatalkan penerbangan rute Kupang-Lewoleba-Kupang menyusul terjadinya erupsi dan peningkatan aktivitas Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dilansir dari Antara, pembatalan penerbangan Wings Air tersebut didasarkan pada pengumuman resmi dari otoritas Bandar Udara Wonopito Lewoleba. Pihak bandara telah menutup sementara operasional bandar udara di kota tersebut sebagai dampak erupsi.

"Material abu vulkanik dapat merusak pesawat udara sehingga membahayakan penerbangan," kata Corporate Communications Strategic of Wings Air Danang Mandala Prihantoro dalam keterangannya di Labuan Bajo, Rabu, seperti dikutip dari Antara.

Maskapai yang masuk dalam Lion Group tersebut membatalkan dua penerbangan yaitu penerbangan dengan nomor IW-1994 rute Kupang-Lewoleba dan penerbangan nomor IW-1995 rute Lewoleba-Kupang.

Wings Air pun memastikan calon penumpang yang terkena pembatalan terbang bisa melakukan penjadwalan ulang keberangkatan. Mereka juga bis memproses pengembalian dana jika tidak ingin melanjutkan penerbangan.

Wings Air akan melayani atau terbang kembali setelah otoritas bandar udara Wonopito dan bandar udara tujuan menyatakan pesawat aman untuk lepas landas serta mendarat.

Seperti diketahui, Gunung Api Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, NTT, meletus sebanyak 27 kali terhitung sejak Selasa (5/10) pukul 00.00 WITA hingga pukul 24.00 WITA.

Kepala Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok, Stanis Ara Kian, mengatakan dari 27 kali letusan itu tinggi letusannya sekitar 300 hingga 500 meter.

Erupsi gunung Ile Lewotolok (ANTARA/Kornelis Kaha)



"Dalam sehari kemarin memang cukup banyak letusannya, tetapi interval letusannya tidak tentu dengan waktu paling cepat 15 menit," katanya, kepada Antara.

Letusan disertai dentuman dan gemuruh lemah hingga kuat dengan lontaran lava pijar mencapai satu kilometer arah tenggara dan barat daya sejauh 300 meter. Kendati demikian, durasi letusan tergolong pendek yakni berkisar dari 24 sampai 45 detik.

Hingga saat ini Gunung Ile Lewotolok masih dalam status siaga atau Level III setelah ditetapkan sejak Desember 2020.

 Laporan pemantauan sejak Rabu (6/10) pukul 00.00 WITA sampai 06.00 WITA menunjukan intensitas letusan juga masih cukup tinggi, yakni 11 kali letusan dan tinggi letusannya masih di bawah 1000 meter. Namun, intensitas letusannya mulai menurun.

Menyusul terjadinya letusan, masyarakat di sekitar Ile Lewotolok maupun pengunjung atau pendaki atau wisatawan diminta untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 3 km dari puncak atau kawah gunung Ile Lewotolok.

Masyarakat Desa Jontona juga diminta selalu mewaspadai potensi bahaya longsoran material lapuk yang dapat disertai oleh awan panas dari bagian tenggara puncak/kawah gunung Ile Lewotolok.

Abu vulkanik gunung tersebut juga bisa mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya.

"Abu vulkanik hingga saat ini jatuh di beberapa sektor di sekeliling Gunung Ile Lewotolok, masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Ile Lewotolok agar mewaspadai ancaman lahar terutama di saat musim hujan," ucapnya.

Reporter: Antara