Menilik Seluk-beluk Tari Selendang, Tari Tradisional Khas Pemalang

Dok. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah
Ilustrasi, pertunjukan Tari Selendang Pemalang.
Penulis: Tifani
Editor: Agung
2/9/2022, 15.21 WIB

Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah Indonesia yang terkenal akan kekayaan seni dan budaya, termasuk dalam hal seni tari. Salah satu tari tradisional dari wilayah ini, adalah Tari Selendang, yang berasal dari daerah Pemalang.

Tari tradisional ini menjadi salah satu kesenian identitas bagi masyarakat Pemalang. Tari Selendang Pemalang diciptakan pada 1985 oleh salah satu seniman senior Pemalang, yakni Ki Koestoro.

Dilansir dalam jurnal yang berjudul "Penciptaan Karya Seni Slendang Pemalang Sebagai Tari Identitas Kabupaten Pemalang" oleh Evi Septimardiati, terciptanya tari tradisional ini berawal dari keinginan Ki Koestoro menciptakan sesuatu untuk daerahnya.

Asal Muasal Terciptanya Tari Selendang

Kemunculan Tari Selendang dimulai dari selesainya Ki Koestoro mengikuti penataran seniman se-Jawa Tengah yang diadakan di Mangkunegaran Solo pada 1985. Ia kemudian mendapat tugas untuk membuat bentuk kesenian baru, yang berbentuk tari tradisional rakyat atau pergaulan. Kesenian baru ini, diharapkan dapat digunakan sebagai identitas kota masing-masing.

Ki Koestoro kemudian menemukan suatu nilai penting dari cerita legenda Pemalang, yakni cerita mengenai gagalnya peperangan antara Pangeran Benawa dan Arya Pangiri untuk memperebutkan keris Kyai Mongklang. Diceritakan kegagalan ini karena kepandaian Nyai Widuri yang mampu menjaga rahasia dari kedua belah pihak.

Sikap dan sifat mampu menjaga rahasia tersebut, dipercaya menjadi dasar watak masyarakat Pemalang. Ki Koestoro merasa sikap tersebut menjadi sebuah nilai yang harus disampaikan. Sikap dan sifat ini terkait dengan harga diri, mampu menjaga kepercayaan, dan juga tanggung jawab kemanusiaan.

Sikap dan sifat tersebut, menjadi nilai penting yang merepresentasikan Pemalang. Seperti pada akhirnya keris Kyai Mongklang yang dijadikan lambang Kabupaten Pemalang.

Tari Selendang merupakan jenis tari tradisional pergaulan. Hal ini terlihat dari gerak kaki, badan, tangan, dan kepala yang sangat lincah. Nama tari tradisional ini sendiri, berasal dari kata selendang dalam bahasa Pemalang, yang merujuk pada kata "lendang" atau "sampur". Lendang merupakan perlengkapan yang digunakan untuk menari.

Secara umum, Tari Selendang merupakan tari tradisional yang berisi ungkapan sifat atau watak masyarakat Pemalang, baik ditinjau dari segi geografis (kondisi alam yang agraris dan maritim), sosial, maupun budaya (kebiasaankebiasaan yang dianut).

Meski Tari Selendang merupakan tari tradisional yang mengekspresikan budaya di Pemalang. Unsur- unsur gerak tarinya diambil dari ragam gerak tarian asal Yogyakarta, Surakarta, Banyumas, dan Sunda.

Gerakan Tari Selendang

Ciri khas Tari Selendang  adalah, keberadaan slendang atau sampur kedua ujungnya dibuat simpul. Makna dari simpul ini melambangkan legenda yang ada di Pemalang, yaitu gagalnya peperangan karena kepandaian Nyai Widuri yang mampu menjaga rahasia dari kedua belah pihak,

Tari Selendang merupakan perintis pertama seni tari di Kabupaten Pemalang. Keunikan dari tari Slendang Pemalang adalah penggunaan slendang sebagai properti. Selendang atau sampur tarian ini, selalu digerakan awal hingga akhir tarian. Tari tradisional ini, dibawakan oleh penari perempuan, yang dapat disajikan secara tunggal, berpasangan, dan kelompok.

Kemunculan Tari Selendang disambut baik oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan seringnya tari tradisional ini diminta untuk mengisi sebuah acara, baik sebagai pembukaan, penyambutan tamu, maupun sekadar hiburan. Ragam gerak Tari Selendang dapat dikembangkan oleh siapapun yang akan menarikannya. Meski demikian, kebebasan penerapannya tidak boleh terlepas dari ragam gerak yang telah dibakukan oleh penciptanya.

Motif gerak yang ada dalam Tari Selendang merupakan gabungan dari beberapa daerah yang sudah memiliki gaya tari, seperti dari timur ragam Surakarta (ngigel sampur), Yogyakarta (lembehan step maju), dari Selatan ragam Banyumasan (egot banyumasan), dan masih banyak lagi.

Penari dalam tari tradisional asal Pemalang ini, merepresentasikan jiwa masyarakatnya yang terbuka, gembira dan bersahabat. Hal ini menggambarkan keterbukaan masyarakat Pemalang dalam menerima dan menyerap unsur budaya lain yang masuk ke dalam wilayah mereka.

Mengingat sifatnya yang merupakan tari tradisional pergaulan, atau tarian rakyat, maka penggunaan busananya pun tergolong sederhana. Busana para penari Tari Selendang terdiri dari kebaya, kain jarik dan selendang.

Kebaya yang digunakan, adalah kebaya biasa yang umum digunakan, dengan pilihan warna dan motifnya disesuaikan dengan keinginan sang penari. Sementara, kain jarik yang digunakan menggunakan motif batik Pemalangan, yakni kain jarik diwiron putri.

Apabila Tari Selendang akan disajikan berkelompok, maka kain jarik boleh digantikan dengan celana legging untuk mempermudah komposisi gerak. Sementara, kain panjang polos dapat digunakan sebagai sampur atau selendang, dengan ukuran panjang dan lebar menyesuaikan ukuran tubuh penari. Kedua ujung kain tersebut, disimpul atau dibundeli.

Musik pengiring tari digunakan sebagai pengiring gerak, mendukung suasana, dan untuk lebih menarik penonton. Musik yang digunakan, harus disesuaikan dengan gerak-gerak tari agar terjadi suasana yang harmonis. Musik pengiring tari tradisional ini, adalah gendhing gamelan jawa laras slendro dan gendhing lancaran.

Dalam iringan Tari Selendang, terdapat syair yang menggunakan bahasa Pemalang dengan maksud mengangkat bahasa keseharian masyarakat Pemalang.

Syair lagu pada Tari Selendang memiliki arti bahwa setelah lelah seharian bekerja, mengajak berkumpul bersama ketika terang bulan, menari menggunakan slendang dan bersenang-senang bersama teman-teman. Dari syair lagu tersebut terlihat bahwa Tari Selendang Pemalang sebagai sarana hiburan bagi masyarakat Pemalang.