Mengenal Sape, Alat Musik Tradisional Suku Dayak dan Cara Memainkannya

ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/foc.
Ilustrasi, Sejumlah peserta mengikuti pelatihan memainkan alat musik Sape di Museum Kalbar di Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (23/3/2022).
Penulis: Tifani
Editor: Agung
5/9/2022, 09.29 WIB

Alat musik Sape, atau yang lebih dikenal sebagai Sampe berasal dari Kalimantan Timur. Alat musik tradisional ini  dimainkan dengan cara di petik seperti gitar, dan sering digunakan dalam acara-acara adat Suku Dayak.

Sape terbuat dari kayu Adau yang banyak ditemukan di Kalimantan. Ciri khas alat musik tradisional ini, adalah menampilkan corak ukiran khas Suku Dayak. Ukiran tersebut sangat dominan dan memenuhi permukaan alat musik yang memiliki panjang sekitar satu meter itu.

Alat musik tradisional khas Kalimantan mirip dengan gitar yang memiliki dawai dan dimainkan dengan cara dipetik. Alunan yang keluar dari alat musik ini sangat indah. Hal yang menarik lainnya dari alat musik tradisional asal Kalimantan ini, adalah dapat dikolaborasikan dengan alat musik modern, seperti gitar, bass, drum dan keyboard.

Sape biasa dimainkan untuk mengiringi berbagai tari khas Dayak pada perayaan-perayaan kesenian yang penuh dengan kegembiraan. Tidak hanya itu, Konon dulunya alat musik ini juga digunakan untuk mengiringi proses pengobatan seseorang yang terserang penyakit.

Nada Berbeda Antara Siang dan Malam

Dilansir dari buku Alat Musik Tradisional Nusantara oleh Akhmalul Khuluq, terdapat peraturan khusus untuk memainkan alat musik Sape. Nada yang dihasilkan alat musik ini bergantung pada waktu memainkannya, yakni siang hari, malam hari, atau perayaan acara tertentu.

Apabila alat musik tradisional ini dimainkan pada siang hari, nada yang dihasilkan adalah riang gembira dan penuh keceriaan. Sementara, jika dimainkan pada malam hari, nada yang dihasilkan ialah irama syahdu, sedih, serta sendu.

Dalam keseharian, Sape juga dimainkan saat keluarga besar berkumpul. Bahkan, instrumen satu ini ampuh untuk menghibur salah satu anggota keluarga yang sedang bersedih atau berduka atas suatu hal. Lain halnya ketika sampe dimainkan pada saat upacara adat.

Suasana akan berubah menjadi lebih sakral, sehingga seluruh orang yang mengikuti upacara tersebut akan diam dan menghayati tiap nada yang dihasilkan oleh instrumen ini. Siapa pun yang mendengar petikan Sape hingga merasakan sensasi merinding. Mereka akan turut melantunkan doa maupun mantra khusus.

Tak jarang pula terjadi kerasukan roh leluhur dan roh halus, saat suasana magis ini tercipta. Alat musik sampe juga secara umum dapat digunakan sebagai alat penyampai perasaan. Berbagai macam perasaan dapat dituangkan melalui alat musik ini.

Memainkan Sape

Tidak heran apabila fungsi alat musik Sape  juga semakin berkembang. Generasi muda suku Dayak menggunakannya untuk menunjukkan perasaan dan merayu wanita yang sedang mereka sukai. Tidak jarang juga mereka melakukan pengembangan dengan memainkan lagu moderen menggunakan alat musik Sape.

Ada berbagai jenis jumlah dawai yang dimiliki alat musik Sape, ada yang  antara empat sampai enam.  Selain itu, ada pula alat musik Sape yang berdawai dua, jenis ini disebut Sape’ Karaang yang biasa digunakan untuk mengiringi tari-tari yang memiliki gerakan menghentak. Alat Musik Sape tersebar di wilayah Samarinda, Malinau, Kutai Barat dan Mahakam Ulu ini.

Nada yang dihasilkan alat musik ini terbagi menjadi dua nada yakni Tubunsitun dan Sakpakok.  Nada Tubunsitun biasanya memiliki tempo yang lambat dan menghasilkan nada yang khas.

Sementara, Sakpakok memiliki nada yang lebih cepat dan dinamis. Mengutip buku "Ensiklopedi Alat Musik Tradisional: Kalimantan Tengah hingga Nusa Tenggara Barat" karya  R. Toto Sugiarto dkk., kata sampe berasal dari bahasa daerah suku Dayak yang artinya "memetik dengan jari”. Hal ini sesuai dengan cara memainkan alat musik satu ini.

Cara memainkan sampe juga mirip dengan kecapi, yakni dengan memetik dawai atau senar, sehingga menghasilkan alunan nada yang indah. Selain itu, bunyi dawai yang dihasilkan merupakan nada dasar. Memainkan alat musik tradisional ini juga sedikit berbeda dengan gitar.

Senar yang digunakan dalam alat musik tradisional ini berjumlah 3-4 senar. Setiap senarnya memiliki satu nada yang berbeda dengan senar lainnya, sehingga perlu menyelaraskan senar dengan nada yang ingin dimainkan. Pada awalnya, alat musik ini hanya menggunakan senar yang terbuat dari serat karbon pohon enau.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kini senar berbahan dasar kawat kecil. Instrumen ini juga mempunyai keunikan yang terletak pada bagian ujungnya. Saat memainkannya juga diperlukan ketenangan dan ketelatenan untuk menghasilkan nada yang indah, tanpa cacat nada.

Cacat nada sendiri digambarkan dengan kondisi ketika jari-jari pemain Sape tidak sengaja memetik dawai yang tidak diinginkan. Keluwesan serta kelincahan jari-jari juga menjadi faktor penting dalam memainkan instrumen ini.