Ada yang berbeda pada Ramadan 2020. Biasanya, sebulan sebelum Bulan Suci tersebut, Deni Ardini sibuk mengurusi banyak kiriman pesanan oleh-oleh khas Betawi “Mpok Nini.” Namun, kali ini tidak. Penyebabnya, pada bulan puasa tahun ini terjadi pandemi Covid-19 yang mengakibatkan sepi pemesanan. Deni bukan satu-satunya pengusaha kecil yang terdampak Covid-19. Ada sekitar 64 jutaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia yang terdampak oleh pandemi global tersebut.
“Ibaratnya, omzet sebelum Ramadan itu seperti kita kerja sebulan untuk hidup setahun. Tapi saat pandemi ini, boro-boro. Habis,” kata Deni, pemilik usaha ‘Mpok Nini’ kepada Katadata dalam wawancara online pada Rabu, 24 Juni 2020.
Dahulu, momen sebelum Ramadan selalu ramai pemesan dan pembeli. Deni bisa mengantongi Rp20-30 juta dalam seminggu. Namun, pada masa pandemi, angka tersebut pemasukan Mpok Nini selama satu bulan.
Begitu pula dengan penjualan sehari-hari. Sebelum pandemi, UMKM Mpok Nini yang menjual panganan Betawi seperti kue kembang goyang, biji ketapang, dodol Betawi, kue akar kelapa hingga bir pletok, dalam seminggu mampu membuat 50-100 kg sehari. Tapi tidak saat pandemi Covid-19. Setengahnya saja sudah bagus.
Deni dan Mpok Nini-nya tidak sendirian. UMKM yang mempromosikan kuliner Betawi ini, termasuk sektor makanan dan minuman yang selama pandemi turun omzetnya hingga 27 persen.
Pandemi Covid-19 memang berimbas kepada seluruh sektor usaha di Tanah Air. Tak terkecuali UMKM. Padahal, saat krisis 1997-1998, UMKM di Indonesia mampu bertahan bahkan menyumbang penyerapan tenaga kerja tertinggi pada 1997, yaitu 57,40 juta orang (87,62 persen), lalu pada 1998 penyerapan kerja oleh pengusaha UMKM juga tertinggi mencapai 57,34 juta orang (88,66 persen).
Terpukulnya UMKM saat pandemi sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia. Masyita Crystallin, Staf Khusus Menteri Keuangan mengatakan, selain permintaan turun, UMKM di berbagai negara juga mengalami sejumlah tekanan dari sisi penawaran.
“Oleh sebab itu, menjaga ketahanan sektor UMKM untuk melalui periode hibernasi ini memainkan peranan penting dalam perekonomian Indonesia,” ujar Masyita dalam opininya yang berjudul Mengobati UMKM untuk Memulihkan Ekonomi di Katadata. “Sebab, kontribusi sektor ini terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 60 persen, dengan penyerapan tenaga kerja yang besar hingga 97,02 persen (2017),” ungkap Masyita lebih lanjut.
Sadar bahwa Deni harus tetap menghidupi delapan karyawan di tengah pandemi, pria berusia 30 tahun itu pun berinovasi. Sebagai UMKM yang memulai usahanya secara online sejak 2011, Deni paham bahwa masa pagebluk yang membuat orang harus sering berada di rumah, membuat masyarakat mengubah aktivitas belanja dari offline ke online. Berdasarkan catatan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, ada sekitar 301.115 UMKM yang beralih ke platform digital selama pandemi Corona atau 14 Mei hingga 9 Juni 2020.
Oleh sebab itu, Deni semakin gencar dan terus berinovasi mempromosikan oleh-oleh khas Betawi Mpok Nini secara daring. ‘Mpok Nini’, nama usaha yang diambil dari nama Ibunda tercintanya, Rohani, juga memanfaatkan marketplace dengan maksimal. Deni pun memutuskan untuk berfokus berjualan di Tokopedia. Menurut dia, Tokopedia merupakan marketplace yang mendukung kelestarian kuliner lokal.
External Communications Senior Lead Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya membenarkan hal tersebut. Menurut Ekhel, Tokopedia menjadi rumah bagi lebih dari 8,3 juta penjual. Sebanyak 94 persennya berskala ultra mikro. Selain mendukung masyarakat dalam menciptakan peluang usaha terutama di tengah pandemi seperti ini, pemanfaatan teknologi juga dapat berkontribusi dalam melestarikan budaya lokal. Maka dari itu, Deni pun merasakan betul manfaat berjualan di Tokopedia.
“Sebanyak 70 persen penjualan saya selama pandemi berasal dari Tokopedia. Kalau ada pembeli menghubungi hotline Mpok Nini dan mereka minta cepat, saya alihkan ke Tokopedia. Soalnya, jualan di situ lebih cepat dan administrasinya pun rapi,” katanya.
Deni juga melihat kesempatan untuk mempopulerkan empon-empon, minuman tradisional asal Betawi yang diramu dari temulawak, jahe, kunyit dan berbagai rempah-rempah lainnya.
“Saya juga harus gerak cepat melihat pasar selama pandemi, bir pletok yang sebenarnya isinya rempah-rempah termasuk jahe, saya ubah menjadi bir pletok jahe merah. Laku keras,” ujar Deni. Dia mengaku, saat promosi, Pemerintah Daerah Bekasi memborong minuman hangat khas Betawi tersebut. Deni merasakan adanya dukungan pemerintah setempat untuk membantu UMKM bangkit selama pandemi.
Dukungan Pemerintah
Demi mengembalikan kejayaan UMKM Indonesia, diperlukan usaha dan insentif dari pemerintah. Ada enam langkah untuk mendorong Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM yang terdampak pandemi corona. Program-program tersebut diperkirakan memakan anggaran senilai Rp1,601,75 triliun.
Enam program tersebut adalah perluasan akses pasar, peningkatan daya saing, pengembangan kewirausahaan, akselerasi pembiayaan dan investasi, kemudahan dan kesempatan berusaha dan koordinasi lintas sektor. Nantinya, program tersebut akan dijalankan di setiap daerah.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan, sektor UMKM menjadi salah satu prioritas lantaran tingginya jumlah serapan tenaga kerja. Berdasarkan catatan Kementerian Koperasi dan UMKM, sektor tersebut menyerap lebih dari 95 persen total tenaga kerja atau lebih dari 115 juta, serta berkontribusi pada 14,4 persen nilai ekspor non-migas dan penyumbang 61persen PDB nasional.
Selain enam program itu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, pemerintah akan memprioritaskan belanja kebutuhan barang dan jasa seluruh Kementerian dan Lembaga pada produk-produk UMKM. Nantinya, potensi belanja ke UMKM itu akan mencapai Rp 700 triliun.
“Upaya tersebut dapat menjadi peluang penting untuk memulihkan perekonomian dengan melibatkan peran UMKM di tengah masa pandemi seperti saat ini,” kata Teten. Dia pun optimistis produk-produk dalam negeri mampu menjadi tuan di negerinya sendiri.
Dengan insentif dari pemerintah itu, diharapkan UMKM Indonesia kembali kuat. Deni dan Mpok Nini-nya tak hanya mengembalikan omzetnya sebelum pandemi, tapi juga mampu mempertahankan kuliner lokal, kuliner Betawi.