Corona Mengganas, Harga Emas Sentuh Level Tertinggi dalam Tujuh Tahun

Arief Kamaludin | Katadata
Harga emas dunia sentuh level tertingginya dalam tujuh tahun.
Penulis: Happy Fajrian
25/2/2020, 09.34 WIB

Harga emas dunia dan logam mulia Antam pada Selasa (25/2) melonjak tinggi seiring dengan kejatuhan pasar saham global yang disebabkan kekhawatiran penyebaran virus corona yang semakin meluas di luar Tiongkok.

Dilansir dari laman Logammulia.com, harga emas batangan Antam naik Rp 10.000 menjadi Rp 819.000 per gram pada hari ini. Sementara harga jual kembalinya juga naik Rp 10.000 menjadi Rp 741.000 per gram.

Kenaikan harga emas batangan Antam di dalam negeri sejalan dengan kenaikan harga emas dunia. Melansir Bloomberg, pada perdagangan Senin (24/2) kemarin, harga emas dunia naik ke level tertingginya selama tujuh tahun terakhir.

Di pasar berjangka comex harga emas melonjak hingga 1,76% menjadi US$ 1.677,8 per ons. Sementara itu harga emas di pasar spot naik 0,97% ke level US$ 1.659,38 per ons.

(Baca: Harga Emas Naik Dipicu Kasus Baru Corona di Korsel, Italia, dan Iran)

Meski demikian, pagi ini harga emas dunia di kedua pasar tersebut justru berbalik turun. Di pasar berjangka hingga pukul 09.05 WIB harganya turun 1,30%, sedangkan di pasar spot turun 0,30%.

Tidak hanya emas, aset safe haven lainnya seperti yen Jepang juga menjadi buruan investor yang memicu penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Bursa saham global pun berguguran. Seperti Wall Street yang turun lebih dari 3% pada tiga indeks utamanya, dengan indeks Dow Jones mencatatkan koreksi hingga lebih dari 1.000 poin. Indeks Nasdaq turun 3,71%, S&P 500 turun 3,35%, dan Dow Jones turun 3,56%.

Sama halnya dengan bursa saham Asia yang kemarin turun cukup dalam dipimpin indeks Kospi Korea Selatan yang terkoreksi hingga 3,75%. Sedangkan indeks dalam negeri, IHSG, turun 1,28%.

(Baca: IHSG Diramal Turun Dipicu Corona Makin Ganas, Berikut Saham Pilihannya)

"Utamanya, semua ini transaksi merupakan upaya investor untuk menghindari risiko yang meningkat," kata Marvin Loh, ahli strategi pasar global senior di State Street Global Markets, seperti dikutip Reuters, Selasa (25/2).

Dengan meningkatnya kasus virus corona di Italia dan beberapa negara Timur Tengah yang menghadapi infeksi pertama mereka, kekhawatiran akan pandemi global membuat pasar tertekan. Padahal Tiongkok telah mengurangi pembatasan, serta tidak ada kasus baru yang dilaporkan di Beijing dan kota-kota lainnya.