Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus berupaya meningkat penemuan cadangan migas. Salah satunya dengan eksplorasi di 10 basin yang berpotensi memiliki giant discovery.
Hal tersebut merupakan upaya untuk menambah data migas di area tersebut. Dengan begitu, SKK Migas bisa menarik investor untuk mengembangkan basin-basin dengan potensi cadangan migas besar.
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan pada tahun ini pihaknya fokus mengakuisisi data seismik di tiga basin yang terletak di wilayah offshore Aceh, Papua-Maluku, dan offshore Jawa Timur.
"Khusus di Aceh, kami mengharapkan pengeboran di tahun depan," kata Fatar ke Katadata.co.id pada Selasa (10/12).
Selain itu, SKK Migas fokus untuk membuat big data volume dari data-data yang sudah ada pada basin yang berada di Kutai. Pihaknya juga studi untuk melengkapi data dari potensi migas yang ada di basin Tarakan.
"Sampai saat ini, sudah terlaksana pengeboran di tujun basin dalam rangka pembuktian potensi giant tersebut. Kami juga bekerjasama dengan beberapa investor dengan didukung oleh Dirjen Migas dan Pusdatin untuk evaluasi regional basin dengan potensi giant," ujarnya.
(Baca: Lima Cara SKK Migas Capai Target Produksi 1 Juta Barel Minyak)
Untuk tahun depan, SKK Migas berencana mengambil data survei Airborne Gravity Gradiometri (AGG) di Papua onshore. Setelah itu, pihaknya bakal melaksanakan kegiatan survei seismik di basin tersebut.
Secara total, menurut Fatar, ada sekitar 70 persen cekungan dari 128 cekungan yang bakal memiliki data-data baru pada tahun depan. Data tersebut berupa AGG, seismik, hingga hasil interpretasi.
SKK Migas berupaya terus meningkatkan cadangan migas. Terutama setelah Repsol berhasil menemukan cadangan gas hingga 2 triliun kaki kubik (TCF) di Blok Sakakemang pada tahun ini.
SKK Migas pun gencar mempromosikan 10 basin yang dianggap memiliki giant discovery, diantaranya yaitu Sumatera Utara (Mesozoic Play), Sumatera Tengah (Basin Center), dan Sumatera Selatan (Fractured Basement Play).
Kemudian offshore Tarakan, NE Java-Makassar Strait, Kutai offshore, Buton offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play), Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play), dan Warim Papua.
(Baca: SKK Migas: Realisasi Investasi Hulu Migas Tahun Ini Hanya Rp 168,95 T)
Cadangan gas Indonesia cenderung mengalami penurunan. Pada akhir 2018, cadangan gas terbukti hanya sebesar 96,06 TCF.
Angka tersebut turun 10,5 persen dibandingkan cadangan gas terbukti pada 2009. Sedangkan cadangan gas potensial Indonesia pada akhir 2018 hanya sebesar 39,49 TCF, turun 24,5 persen dibandingkan posisi pada 2009.
Data selengkapnya terkait cadangan gas Indonesia dalam grafik Databoks berikut ini:
Selain cadangan gas yang terus turun, cadangan minyak Indonesia juga terus merosot. Berdasarkan data BP, cadangan minyak terbukti Indonesia menunjukkan tren penurunan dari tahun ke tahun.
Pada 1980, cadangan minyak Indonesia mencapai 11,6 miliar barel namun pada 2017 tinggal 3,17 miliar barel. Angka tersebut di bawah Malaysia sebesar 3,6 miliar barel maupun Vietnam sebanyak 4,4 miliar barel.
Turunnya cadangan minyak tersebut disebabkan oleh berkurangnya aktivitas eksplorasi , baik untuk offshore maupun onshore. Pada 2011, realisasi pengeboran sebanyak 79 sumur, namun pada 2017 tinggal 48 sumur.
Di sisi lain, investasi di sektor migas membutuhkan dana yang sangat besar, terlebih lagi cadangan minyak nasional berada di lautan menjadi kendala eksplorasi. Berikut grafik terkait data cadangan minyak Indonesia :