Inpex Corporation beserta mitra Shell Upstream Overseas Ltd secara resmi menandatangani perpanjangan kontrak bagi hasil (PSC) Blok Masela. Inpex dan Shell pun mendapatkan perpanjangan kontrak selama 27 tahun yang terdiri dari amandemen tujuh tahun amandemen dan perpanjangan 20 tahun.
Dengan ditandatangani perpanjangan kontrak, Inpex dan Shell akan bekerja sama mengembangkan proyek tersebut. "Inpex akan melanjutkan pekerjaan bersama Shell untuk menghasilkan proyek LNG yang kompetitif dengan menyiapkan Front End Engineering Design," tulis Inpex dalam website resmi yang dikutip pada Selasa (15/10).
Perpanjangan kontrak ditandatangani oleh Inpex dan Shell bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang disaksikan langsung oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan di Jakarta pada 11 Oktober lalu. Penandatanganan tersebut menandai pelaksanaan pokok-pokok kesepakatan yang merupakan bagian dari persetujuan Rencana Pengembangan Revisi (PoD) Proyek LNG Abadi pada Juli lalu.
Pemerintah berharap Blok Masela dapat memberikan kontribusi tambahan produksi gas bumi setara 10,5 juta ton per tahun (mtpa). Produksinya terdiri dari 9.5 juta ton LNG per tahun dan gas pipa sebesar 150 mmscfd.
Proyek tersebut diharapkan bisa berproduksi pada 2027. Untuk pengembangan Blok Masela dibutuhkan investasi mencapai US$ 18 miliar - US$ 20 miliar.
(Baca: SKK Migas Cari Pembeli Gas Blok Masela)
Selain produksi migas, pengembangan Blok Masela diharapkan dapat menciptakan efek berganda bagi industri pendukung dan turunan di dalam negeri dalam rangka mendukung perekonomian nasional.
Berdasarkan data SKK Migas, Produk Domestik Bruto (PDB) bakal mencapai US$ 153,6 miliar atau sekitar Rp 2.135 triliun selama Blok Masela memproduksi gas dari 2022 sampai 2055. Selain itu, pada masa konstruksi (2022-2027) mencapai US$ 7,5 miliar atau setara 104,25 tirliun dan masa operasi (2027-2055) sebesar US$ 146,1 miliar atau sekitar Rp 2.030 triliun.
Dari sisi pendapatan rumah tangga diproyeksi mencapai sebesar US$ 33,2 miliar setara Rp 461,5 triliun. Terdiri dari masa konstruksi sebesar US$ 3,1 miliar atau sekitar Rp 43 triliun. Pada masa operasi diproyeksi mencapai US$ 30 miliar atau setara Rp 417 triliun.
Selain itu, proyek Blok Masela diproyeksi membuka lapangan pekerjaan yang cukup besar. Rata-rata jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk proyek Blok Masela mencapai 73.195 orang per tahun. Pada masa konstruksi dibutuhkan pekerja 91.719 orang per tahun dan pada masa operasi sebanyak 66.838 orang per tahun.