PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan meningkatkan produksi batu bara berkalori tinggi atau high calorie value sebesar 6.000 kalori pada semester II 209. Strategi tersebut dilakukan guna mendongkrak kinerja laba perusahaan.
Sekretaris Perusahaan PTBA Suherman menjelaskan dengan memproduksi batu bara berkalori tinggi, perseroan dapat mengoptimalkan margin keuntungan. Sementara batu bara kalori rendah atau 4.000 kalori, menurutnya rentan terpengaruh dengan perubahan harga.
Selain itu, untuk mengoptimalkan perolehan laba, perseroan akan melakukan efesiensi biaya. "Kami akan mengoptimalkan perencanaan tambang yang dapat memberikan profit margin yang optimal dengan tetap memperhatikan kaidah penambangan yang baik," ujarnya, kepada Katadata.co.id, Selasa (17/9).
(Baca: Biaya Produksi Meningkat, Laba Bersih PTBA Anjlok 22,5%)
Adapun pada tahun ini perseroan menargetkan bisa memproduksi batu bara sebanyak 27,3 juta ton dengan target penjualan sekitar 28,4 juta ton.
Menurut laporan keuangan perusahaan, pada semester I 2019 PTBA membukukan laba bersih sebesar Rp 2 triliun, turun 22,48% dari periode yang sama pada 2018 senilaiRp 2,58 triliun.
Turunnya laba bersih perseroan disebabkan oleh kenaikan biaya jasa penambangan seiring dengan peningkatan produksi dan peningkatan nisbah kupas (stripping ratio).
Di sisi lain, pendapatan usaha BUMN ini pada semester I 2019 tercatat turun tipis 0,95% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 10,6 triliun. Penurunan pendapatan terutama dipengaruhi oleh harga jual rata-rata batu bara yang turun 6,8% menjadi Rp 778.821 per ton.
(Baca: Harga Batu Bara Anjlok, Bukit Asam Efisiensi Kurangi Stripping Ratio)
Harga batu bara global maupun dalam negeri hingga saat ini tercatat masih mengalami penurunan signifikan. Pada September 2019, Harga Batu Bara Acuan (HBA) dengan kalori 6.322 berada di level US$ 65,79 per ton. Sedangkan pada tahun lalu harganya sempat menyentuh US$ 100 per ton.
Adapun volume produksi PTBA pada semester I 2019 meningkat sebesar 9,7%. menjadi 13,40 juta ton. Naiknya volume penjualan seiring meningkatnya produksi batu bara sebesar 14,1% menjadi 12,8 juta ton dan kapasitas angkutan batu bara sebesar 5,5%.