PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mengalami penurunan kinerja yang signifikan pada semester I 2019. Pada periode ini, PGN hanya membukukan laba bersih sebesar US$ 54,04 juta, atau turun 69,87% dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu US$ 179,39 juta.
Menurut laporan keuangan semester I 2019 yang baru saja dirilis oleh PGN, ada dua faktor yang menjadi penyebab anjloknya laba perusahaan sub-holding BUMN migas ini di periode enam bulan pertama tahun ini.
Pertama, turunnya kinerja bisnis. Per Juni 2019 pendapatan usaha PGN turun 6,69% menjadi US$ 1,79 miliar dibanding periode yang sama sebelumnya US$ 1,92 miliar. Menurut laporan keuangan PGN, terjadi penurunan pada distribusi gas, serta penjualan migas kepada pihak ketiga. Terutama penjualan migas yang turun signifikan.
Distribusi gas turun dari US$ 974,49 juta pada semester I 2018 menjadi US$ 909,31 juta, atau turun 6,69%. Sedangkan penjualan migas anjlok 56,09% menjadi US$ 108,89 juta dibandingkan sebelumnya yang mencapai US$ 247,99 juta.
(Baca: Tambah Pelanggan Petrokimia, PGN Pasok Gas Untuk TPPI)
Di sisi lain, PGN harus menghadapi beban non tunai yang meningkat signifikan, di antaranya penurunan nilai properti minyak dan gas (migas) sebesar US$ 44,18 juta, dibandingkan periode sebelumnya yang nihil, serta beban kerugian atas selisih kurs sebesar US$ 34,07 juta dibandingkan sebelumnya US$ 19,81 juta.
Faktor yang kedua yaitu penyajian kembali (restatement) laporan keuangan tahun buku 2018 pascaakuisisi PT Pertagas pada akhir tahun lalu dari PT Pertamina (Persero) dalam rangka membentuk holding BUMN migas. Alhasil, kinerja semester I 2018 PGN mengalami perubahan.
Sebelum dinyatakan ulang, pada semester I 2018 PGN membukukan pendapatan sebesar US$ 1,62 miliar dengan torehan laba kotor sebesar US$ 464,14 juta. Setelah laporan keuangan dinyatakan ulang, pendapatan periode tersebut bertambah US$ 295,24 juta menjadi US$ 1,92 miliar. Sedangkan laba kotor bertrambah US$ 188,80 juta menjadi US$ 652,94 juta.
Penambahan tersebut merupakan laporan keuangan konsolidasian PGN setelah mengakuisisi Pertagas, walaupun proses akuisisi baru difinalisasi menjelang tutup tahun 2018. Namun setelah resmi di akuisisi, laporan keuangan Pertagas, terkonsolidasi dalam laporan keuangan PGN.
(Baca: PGN Catatkan Laba Bersih Rp 920 Miliar Sepanjang Kuartal I 2019)
Ketika itu PGN mengakuisisi 51% saham Pertagas seharga US$ 1,39 miliar yang dibayar dalam dua tahap. Tahap pertama 50% dalam bentuk tunai sebesar US$ 693,97 juta, dan sisanya dalam bentuk promissory notes.
“Transaksi akuisisi ini dibukukan dengan menggunakan metode penyatuan kepemilikan sesuai dengan PSAK No.38 tentang Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali. Karena PGN dan Pertagas merupakan entitas sepengendai di bawah Pertamina,” tulis sebuah catatan, dikutip dari laporan keuangan semester I PGN.
Setelah mengumumkan kinerja keuangannya, harga saham PGN di Bursa Efek Indonesia (BEI) ikut anjlok sepanjang perdagangan hari ini. Harga saham perusahaan berkode emiten PGAS ini ditutup turun 3,76% menjadi Rp 1.920 per saham.
Saham PGAS sepanjang hari ini ditransaksikan sebanyak 81,07 juta unit dengan total nilai transaksi sebesar Rp 156,55 miliar. Turunnya saham ini juga didorong oleh aksi jual investor asing yang sepanjang hari ini membukukan penjualan bersih atau net sell Rp 27,84 miliar.
(Baca: Akuisisi Pertagas Rp 20,18 T, PGN Resmi Jadi Subholding Gas Pertamina)