Proyek 35 Ribu MW Mundur, Pasokan Listrik Diperkirakan Tidak Defisit

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi PLTU. Proyek 35 ribu MW diundur dari 2019 menjadi 2028. Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menilai, hal itu tidak akan menyebabkan defisit listrik.
Editor: Sorta Tobing
12/7/2019, 13.25 WIB

Megaproyek 35 ribu megawatt (MW), menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero), baru akan selesai 2028. Padahal, proyek ini awalnya ditargetkan rampung pada akhir tahun ini.

Meskipun jadwal penyelesaiannya mundur, Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai, pasokan listrik tidak akan defisit. "Untuk saat ini saya tidak terlalu khawatir ada defisit di 2028. Walaupun terlambat tapi kita tidak butuh semuanya di 2019 atau 2020," kata Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa kepada Katadata.co.id, Jumat (12/7).

Ia menjelaskan, ketika proyek 35 ribu MW dibuat, asumsi pertumbuhan listrik di Indonesia mencapai 8%-9% per tahun. Namun, sejak 2014-108 pertumbuhan itu hanya mencapai 5%. Jadi, sejak lima tahun lalu, kebutuhan listrik hanya bertambah lima gigawatt (GW) per tahun.

Sepanjang pembangunan proyek yang sudah mengikuti jadwal, menurut Fabby, tidak akan ada ancaman kekurangan listrik. "Karena sudah diperhitungkan dalam RUPTL, sekarang (kebutuhan listrik) hanya 3 GW-3,5 GW per tahun sudah cukup," kata dia.

Hingga 15 Jui 2019 pembangkit proyek 35 ribu MW yang sudah beroperasi secara komersial baru mencapai 10% atau sebesar 3.617 MW. Sedangkan yang telah memasuki tahap konstruksi mencapai 57% atau sebesar 20.119 MW. Proyek yang telah berkontrak atau memiliki perjanjian jual beli listrik (PPA) tetapi yang belum memasuki tahap konstruksi mencapai 27% atau 9.515 MW.

(Baca: Lima Pembangkit Listrik Proyek 35.000 MW Beroperasi Tahun Ini)

Kemudian, yang masih dalam proses pengadaan sebesar 4% atau 1.453 MW, dan sisanya sebesar 2% atau 734 MW masih dalam tahap perencanaan. Kemajuan proyek ini terdiri dari pembagkit yang dimiliki oleh PLN dan Produsen Listrik Swasta (IPP).

Untuk tahun ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan ada enam pembangkit dengan total kapasitas sebesar 2.161 MW yang akan beroperasi. Pembangkit tersebut yaitu, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 100 MW di Kalimantan Selatan yang konstruksinya telah mencapai 99,3%.

Lalu, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Bengkulu dengan kapasitas 21 MW dnegan kemajuan proyek mencapai 99,86%, dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dengan kapasitas 0,5 MW.

Ada juga Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) di Maumere dengan kapasits 40 MW yang saat ini dalam tes uji coba operasi. Kemudian, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 7 dengan kapasitas 1.000 MW dengan konstruksi mencapai 84,75%, dan PLTU Jawa 8 (Cilacap Ekspanasi) dengan kapasitas 1.000 MW yang konstruksinya saat ini mencapai 90,7%.

(Baca: Proyek Listrik 35 Ribu MW Baru Beroperasi 8%)

Reporter: Fariha Sulmaihati