Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, perkembangan dunia saat ini sangat pesat sehingga kebutuhan energi seperti minyak dan gas (migas) pun semakin meningkat. Penggunaaan teknologi pun menjadi sangat penting dalam kegiatan hulu migas.
Apalagi area operasi dan eksplorasi migas saat ini semakin menantang. "Penggunaan teknologi dalam usaha hulu merupakan sebuah keharusan,” ujar Dwi seperti dikutip dalam pembukaan Forum Fasilitas Produksi Migas (FFPM) 2019, Selasa (9/7), di Hotel PO, Semarang, Jawa Tengah.
Salah satu optimalisasi teknologi adalah transformasi kegiatan operasi hulu migas dalam bentuk integrated operation center (IOC). IOC merupakan sistem integrasi data yang mencakup beberapa aplikasi/layanan pengelolaan kinerja operasi kontraktor migas di Indonesia.
(Baca: Big Data Berpotensi Jadi Terobosan untuk Menunjang Kinerja Hulu Migas)
Salah satu manfaat IOC adalah optimalisasi perencanaan pemeliharaan fasilitas. Dengan adanya data yang terbuka secara terintegrasi, kontraktor migas bisa mengoptimalkan perencanaan pemeliharaan fasilitas di awal tahun. Sehingga berpotensi menghemat anggaran pemeliharaan fasilitas sebesar US$ 84 juta di tahun 2019.
Layanan dan aplikasi yang tergabung di dalam IOC antara lain Integrated Operation System (SOT) for Production Dashboard, Oil and Gas Lifting Dashboard, Stock Management Dashboard, Plant Information Management System (PIMS), Facility Maintenance Monitoring and Project Monitoring, Vessel Tracking Information System (VTIS), Real Time Drilling Operation, dan Emergency Response Center (ERC).
(Baca: Pertamina Luncurkan Software untuk Efisiensi Hulu Migas)