Mendekati tenggat waktu yang ditentukan, pembahasan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap atau kilang Cilacap antara Pertamina dengan Saudi Aramco hingga saat ini belum juga menemui titik temu.
Jika hingga Juni 2019 belum ada kesepakatan, Pertamina menegaskan akan tetap berjalan untuk meneruskan proyek secara mandiri.
Mencermati tak kunjung jelasnya proyek kilang Cilacap ini, pengamat energi Fahmy Radhi menyebut kegagalan kesepakatan antara pemerintah dengan Aramco terkait pembangunan kilang yang sudah terjadi berulang kali ini seakan mengkonfirmasi dugaan, bahwa ada upaya sistematis untuk menghalangi pembangunan proyek tersebut.
"Kalau kilang tidak dibangun, maka impor BBM semakin besar. Mafia migas memburu rente dari impor migas," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (29/5).
Di sisi lain, Direktur Megaproyek dan Pengolahan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang berharap kerja sama dengan Aramco tetap berjalan. Ia mengharapkan kerja sama bisnis dengan Aramco juga dapat mendekatkan hubungan baik antar negara.
"Karena masih berbeda kemarin. Masih ada semangat dari sana, dari kedua belah pihak dan komunikasi masih berjalan. Pemerintah juga menindak lanjuti dengan kunjungan Presiden ke sana, untuk mendorong supaya proyek ini bisa tetap jalan," ujar Talluembang di Jakarta, Senin (27/5).
(Baca: Bertemu Pemimpin Arab Saudi, Jokowi Bahas Kilang Cilacap)
Pertamina pun telah melakukan diskusi dengan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar. Melalui diskusi tersebut, Pertamina menyampaikan beberapa opsi yang dapat dilakukan saat ini, yakni tidak diperlukan adanya pemisahan kilang lama dan opsi berikutnya yakni hanya kilang baru saja yang dapat dilakukan joint venture (JV).
"Baru ini wacana, kita akan coba. Kalau sudah ada dapat persetujuan dari board dan pemerintah juga dorong, bisa saja. Karena memang kita tentu perlu izin untuk ikuti pola balikpapan," kata Tallulembang.
Sebagaimana diketahui, kerja sama Saudi Aramco dengan Pertamina untuk pengembangan kilang Cilacap sejatinya sudah disepakati sejak 2015. Dalam kerja sama ini, Saudi Aramco menyatakan siap menanamkan modal hingga US$ 6 miliar atau setara Rp 87 triliun.
Namun, Aramco meminta beragam syarat, seperti insentif pajak, lahan, hingga penyerahan aset ke anak perusahaan nantinya. Pertamina menargetkan proyek ini bisa rampung pada 2023.
(Baca: Potensi ‘Cerai’ Pertamina dan Saudi Aramco di Kilang Cilacap)