Para aktivis lingkungan menyoroti aktivitas pertambangan dan perkebunan sawit di kawasan penyangga hutan lindung Bukit Daun, yang merupakan daerah tangkapan air di hulu Sungai Bengkulu. Aktivitas ini dinilai berperan besar dalam banjir yang melanda Kabuten Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu.
Direktur Kanopi Bengkulu Ali Akbar mengatakan, penyebab banjir bukan hanya hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut pada Jumat (26/4) pekan lalu. “Akar masalah yang harus diungkap yaitu tambang batu bara di hulu Sungai Bengkulu,” kata dia di Bengkulu seperti dikutip kantor berita Antara, Minggu (28/4).
Ali mengatakan kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Bengkulu di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah telah habis dibagi-bagi untuk pertambangan batu bara dan perkebunan sawit. Terdapat delapan perusahaan tambang batu bara di kawasan tersebut yang menguasai lahan seluas 19 ribu hektare. Selain itu, satu perusahaan perkebunan sawit.
(Baca: Terdampak Banjir, Pertamina Alihkan Pasokan BBM di Bengkulu)
Kondisi ini, menurut dia, telah membuat kawasan tersebut kehilangan fungsi ekologis. Banjir pun melanda sejumlah wilayah, khususnya desa di Bengkulu Tengah seperti Desa Talang Empat, Desa Genting dan Bang Haji. Selain itu, kelurahan di Kota Bengkulu, khususnya yang berada di sepanjang aliran Sungai Bengkulu seperti Rawa Makmur, Tanjung Jaya, Tanjung Agung, dan Bentiring.
Manager Kampanye Industri Ekstraktif Walhi Bengkulu Dede Frastien menyatakan, bencana ini menjadi bukti kerusakan lingkungan di hulu Sungai Bengkulu. Ia juga menilai semestinya bencana ini memperkuat gugatannya terhadap perusahaan yang melakukan aktivitas pertambangan di kawasan konservasi Taman Buru Semidang Bukit Kabu.
Ia meminta pemerintah mencabut izin pertambangan batu bara dan perkebunan sawit di hulu sungai, serta membangun sesuai kaidah lingkungan dan ketentuan tata ruang. “Pembangunan yang terlalu sembrono dan menihilkan dampak ekologis harus segera diakhiri, jangan jadikan hanya syarat di atas kertas karena saat bencana datang seluruh masyarakat yang akan menanggung akibatnya," ujarnya.
(Baca: Korban Banjir Jakarta, Sebanyak 2.942 Warga Harus Mengungsi)
Banjir melanda sejumlah wilayah di Bengkulu setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut pada Jumat (26/4). Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu menyatakan, berdasarkan data per Senin (29/4) pagi, korban meninggal dunia akibat banjir dan longsor di Bengkulu mencapai 29 orang, dan 13 orang dilaporkan hilang, dan belasan ribu mengungsi.
Antara melaporkan, selain korban jiwa, bencana mengakibatkan sejumlah infrastruktur baik jalan dan jembatan rusak sehingga menghambat transportasi antar-desa bahkan antar-provinsi seperti Bengkulu menuju Sumatera Selatan dan Bengkulu menuju Lampung.